Kamis, 28 November 2013

variasi bahasa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Meskipun tidaksemua komunikasi merupakan bahasa, bahsa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif; semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti bahasa isyarat lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu berbagai obyek dan konsep. Pada saat yang sama, interaksi verbal merupakan suatu proses sosial di mana ujaran dipilih sesuai dengan norma-norma dan harapan-harapan yang disadari secara sosial.
Tidak ada satu bahasa pun yang tidak memiliki variasi atau diferensiasi. Variasi ini dapat berujud perbebedaan ucapan seseorang dari saat, maupun berbedaan yang terdapat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tidak ada seorang pun secara sama mengucapkan suatu bunyi sampai dua atau tiga kali. Tetapi diantara variasi-variasi yang tampaknya tidak terabatas ini, diketahui pula bahwa variasi-variasi itu memperlihatkan pula pola-pola tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi pola-pola sosial, ada pula bersifat kedaerahan atau geografis. Cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya disebut dialektologi. Dialetologi masih dibagi lagi atas dua sub-cabang yaitu geografi dialek dan sosiolinguistik. Sosiolinguistik mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan. variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa  yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan
Terlepas dari adanya perbedaan kebahasaan, variasi bahasa yang diterapkan dalam suatu masyarakat tutur membentuk suatu sistem sebab variasi itu terkait dengan seperangkat norma-norma sosial yang diyakini masyarakat itu. Dengan demikian variasi itu bisa diklasifikan menjadi tempat, waktu, pemakai, pemakaiannya, situasi, statusnya dan sarana. penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus di sesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.


1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat mengambil permasalahan sebagai berikut
1)      Apa pengertian variasi bahasa ?
2)      Apa saja Macam-macam variasi bahasa?

1.3  Tujuan penulisan
Adapun hal-hal yang ingin di capai dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1)      Untuk mengetahui pengertian dari variasi bahasa
2)      Untuk mengetahui macam-macam variasi bahasa














BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Variasi Bahasa
Secara leksikografis, variasi adalah (1) Tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula; (2) bentuk atau rupa yang lain; (3) hiasan tambahan; (4) dalam bidang biologi, perubahan rupa atau bentuk yang turun temurun pada binatang yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, sedangkan pada bidang linguistik, “wujud perbagai manivestasi bersyarat maupun tidak bersyarat dari suatu satuan Pateda (Depdikbud; 1993:1117). Melalui proses ini, di mana individu saling berhubungan  dan saling  mempengaruhi, masyarakat itu sendiri muncul. Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor Nonlinguistik yang mempengaruhipemakaian bahasa, yaitu:
·         Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dsb.
·         Faktor-faktor situasional : siapa berbicara denganbahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Karena faktor-faktor di atas, maka timbul lah keaneka ragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, atau biasa kita sebut variasi bahasa.
Menurut Chaer (2004:62) Variasi Bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Jadi, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa  yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Variasi bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa, disebut sosialek, variasi bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa disebut fungsiolek, dan variasi bahasa yang berhubungan dengan perkembangan waktu, disebut kronolek menurtu Pateda (Nababa, 1984:14).
1.2  Macam-Macam Variasi Bahasa
1)      Variasi Bahasa Dari Segi Tempat
a.       Dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Gambaran tentang kenyataan sosial ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih dari pada jumlah individu yang membentuknya. Tambahan pula ada pola interaksi timbal-balik dimana mereka saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Tidak seorang pun mengucapkan secara sama suatu unsur tertentu dengan cara yang sama sampai dua kali atau lebih. Demikian pula terdapat perbedaan-perbedaan tertentu dari suatu daerah ke daerah yang lain. Sebab itu pengertian bahasa yang biasanya dianggap sebagai suatu yang bersifat monolit harus cair ke dalam satuan yang di sebut dialek. sedangkan tiap kelompok ini yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam tata bunyi, kosa kata, morfologi, dan sintaksis disebut dialek.
b.      Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu. Misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Bali, Kaili. Bahasa daerah sering dihubungkan kelompok etnik, biasa juga disebut suku bahasa.
c.       Kolokial
Kolokial adalah bahasa yang di pakai sehari-hari oleh masyarakat yang tinggal di daerah tertentu. Kolokial biasa disebut bahasa sehari-hari, bahwa percakapan dan kadang-kadang disebut bahasa pasar. Di Gorontalo kita dapat mendengarkan kolokial yang biasa di gunakan di pasar kota Gorontalo berupa dialek Manado, misalnya seseorang berkata, “Paitua! Barapa kankung itu satu ikat? Yang dalam bahasa Indonesi baku berbunyi Pak! Berapa harga kangkung itu satu ikat?” kankolokial yang mengandung kata-kata yang kurang enak didengar disebut slang. Slang merupakan bagian leksikal yang termasuk dalam bidang yang unsur-unsurnya tidak baku, kata-kata dengan bahasa santai yang biasanya digunakan oleh kelompok sosial terbatas dan profesi tertentu.slang biasanya tidak bertahan lama, dan akan muncul lagi slang baru. Slang merupakan variasi bahasa yang bercirikan penggunaan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah, biasanya dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi intrakelompok, digunakan secara terbatas dan bersifat rahasia. Slang bisa dipadankan dengan bahasa gaul.
d.      Jargon
Jargon adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti oleh kelompok lain dalam lingkungan tersendiri. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll.

e.       Vernakuler
Vernakuler adalah bahasa lisan yang digunakan sekarang pada daerah tertentu atau wilayah tertentu oleh penuturnya.
2)      Variasi Bahasa Dari Segi Waktu
Variasi bahasa secara diakronis disebut dialek temporel, dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini. Dialek temporel atau variasi satu bahasa karena perbedaan waktu. Jadi, sebutan bahasa Melayu Kuno, Melayu modern masing-masing adalah dialek temporel bahasa Melayu.
3)      Variasi bahasa dari segi pemakai
a.       Glososalia
Yang dimaksud dengan glososalia adalah variasi bahasa yang dituturkan oleh pemakai bahasa ketika ia kesurupan. Orang kesurupan biasanya memantrai kata-kata atau kalimat tertentu. Dukun kampung memantrai bahasa yang kesurupan itu.
b.      Idiolek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. . Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit. Keseluruhan dari ciri-ciri bahasa perseorangan disebut idiolek
c.       Variasi bahasa karena kelamin
Variasi bahasa dapat pula dibedakan berdasarkan jenis kelamin, lelaki dan perempuan. Meskipun tidak terlalu tajam, tetapi akan terlihat perbedaan, baik yang berhubungan dengan suasana pembicaraan, topik  pembicaraan, maupun pilihan kata dan kalimat yang digunakan menurut Pateda (lihat Chambers, 1996:102-103).
d.      Ekakebahasawan
Yang dimaksud dengan istilah Ekakebahasawan adalah variasi bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa yang hanya menguasai satu bahasa. Contohnya yakni penutur bahasa Inggris di Inggris. Kebetulan mereka beruntung, sebab tidak perlu mempelajari bahasa yang lain karena bahasa Inggris telah menjadi bahasa dunia. Ekabahasawan tidak dapat berkomunikasi.
e.       Dwibahasawan
Dwibahasawan adalah orang yang sanggup atau mampu menggunakan dua bahasa. Pemakai bahasa seperti beroleh kesempatan yang lebih luas jika dibandingkan dengan ekabahasawan. Pemakai bahasa yang dwibahasawan dapat segera berpindah bahasa jika pemakai bahasa lain datang bergabung dengan kelompoknya. Misalnya, seorang pemakai bahasa mampu dan sanggup menggunakan bahasa Indonesia dan dan bahasa Inggris. Ketika ia berbicara dengan temannya tang menggunakan bahasa Indonesia, lalu tiba-tiba datang pemakai bahasa Inggris, maka yang Dwibahasawan tadi dapat segera berpindah bahasa, oleh karena bahasa harus berbicara dengan orang Inggris atau pemakai bahasa Inggris.
f.       Anekabahasawan
Seseorang yang anekabahasawan dapat berinteraksi sosial lebih luas sehingga ia tidak mengalami kesulitan jika bertemu dengan orang yang berbeda-beda bahasanya.tentu saja hal ini terbatas pada bahasa yang dikuasainya. Misalnya seseorang sanggup menggunakan BI, bahasa Inggris, BD, bahasa Jepang,  lalu datang pemakai bahasa yang menguasai bahasa Portugis, maka sudah pasti tidak dapat berkomunikasi bahasa Portugis, kecuali jika pemakai bahasa Portugis menguasai bahasa Inggris.


g.      Rol
Rol adalah peranan dimainkan oleh seorang pemakai bahasa dalam interaksi sosial. Jabatan turut mempengaruhi bahasa dan peranan pemilik jabatan tersebut dalam interaksi sosial. Rol mempengaruhi suasana pembicaraan giliran berbicara, dan pilihan kata dan kalimat, baik oleh pembicara maupun pendengar.  Jika pembicara tidak memiliki jabatan apapun, maka ia harus menyusuaikan penggunaan bahasanya dengan status sosial pemakai bahasa. Selain itu, rol terlihat pula dalam pemakaian bahasa dengan lingkungan keluarga. Di situ terlihat peranan ayah, ibu, dan kakek serta nenek terhadap anak, sebaliknya secara berbaahasa anak menghadapi ibunya, ayahnya, atau neneknya. Rol mempengaruhi pemakaian bahasa seseorang.
h.      Variasi Bahasa Karena Status Sosial
variasi pemakaian bahasa yang disebabkan oleh status sosial pemakai bahasa, misalnya yang berhubungan dengan jabatannya, kedudukan dalam masyarakat, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan pemakai bahasa. Perbedaan pemakaian bahasa itu akan tercermin pada
v  Pilihan kata dan kalimat yang digunakan
v  Kosa kata yang berhubungan dengan kta yang halus atau kasar
v  Kosa kata yang dihubungkan dengan keahlian

i.        Variasi Bahasa Karena Umur
Variasi bahasa dapat pula disebabkan oleh faktor umur. Seperti diketahui makin tinggi umur seseorang semakin banyak kosa kata yang dimilikinya; makin mudah menyerap pembicaraan seseorang, makin banyak  pengalaman yang berpengaruh terhadap pembicaraan. Hal ini, dalam pemakai bahasa bayi, anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, dan manula (lanjut usia).

4)      Variasi Bahasa Dari Segi Pemakaiannya
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register, adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah. Komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
a.       Diglosia
Diaglosia sebaiknya dibedakan dengan bilingualisme. Istilah diaglosia seperti telah bahwa menunjuk pada keadaan dua variasi dari satu bahasa hidup berdampingan dalam suatu masyarakat dan tiap variasi itu memiliki peranan tertentu. Di Indonesia terlihan adanya BI yang berdampingan dengan BD, dan setiap bahasa memiliki peranan berbeda. Namun BI tidak dapat di sebut bahasa yang berstatus rendah. 
b.      Kreol
Kreolisasi merupakan akibat kontak pemakaian bahasa. Kreolisasi adalah suatu perkembangan linguistik yang terjadi karena dua bahasa berada dalam kontak yang lama menurtu Paterda (Tampubolon; 1978:4). Dalam kontak bahasa tersebut terjadi integrasi.
c.       Bahasa lisan
Variasi bahasa lisan penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa lisan, antara lain sebaiknya memperhatikan:
v  Situasi
v  Pendengar (latar belakan pendidikannya, latar belakang status sosial)
v  Masalah yang di bicarakan
v  Kata dan kalimat yang digunakan
v  Cara pengungkapan

d.      Pijin
Bahasa pijin adalah variasi bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda. Timbulnya bahasa pijin bukan semata-mata karena faktor historis, tetapi lebih banyak karena faktor historis, perkembangan sosiokultural, dan pemakaiannya menurut Pateda (Romaine;1994:163) atau faktor linguistik, sosialdan historis. Bahasa pijin digunakan untuk kepentingan komunikasi singkat.
e.       Register
Aktivitas manusia beraneka ragam. Aktivitas manusia dapat dikaitkan dengan pekerjaannya. Orang boleh saja memerintah seseorang yang dapat kita hubungkan dengan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Tiap jenis kegiatan, memaksa orang untuk menggunakan bahasa yang berhubungan dengan pekerjaaannya. Timbullah variasa bahasa yang disebut register. Dengan demikian, da bahasa para buruh di pelabuhan, ada bahasa dokter, ada variasi bahasa pedagang, ada bahasa dokter. Jadi register adalah variasi bahasa yang berhubungan dengan pekerjaan pemakai bahasa. Register dapat di bagi menjadi 5 ragam, yaitu
v  Ragam bahasa resmi, digunakan dalam situasi resmi
v  Ragam bahasa formal, digunakan dalam pidato-pidato
v  Ragam bahasa usaha, digunakan dalam bidang usaha
v  Ragam bahasa santai, digunakan antara sesama teman

f.       Reportori
Keseluruhan sumber bahasa yang tersedia bagi anggota masyarakat guna melakukan interaksi sosial yang bermakna disebut reportorium. Pateda (dalam Harimurti Kridalaksana, 1983:187-188) mengartikan istilah reportorium sebagai: (1) keseluruhan bahasa atau variasi yang dikuasai oleh pemakai bahasa yang masing-masing memungkinkannya untuk melaksanakan peran sosial tertentu; (2) keseluruhan keterampilan komunikasi pembicara; (3) keseluruhan variasi bahasa dalam suatu masyarakat bahasa. Pemakai bahasa dapat memilih bahasa atau variasi bahasa mana saja, sudah tentu yang dikuasainya, dan sesuai degan perannya sebagai anggota masyarakat, untuk menggunakan bahasa atau variasi bahasa itu yang tentu harus sesuai dengan pendengar dan situasi.
g.      Reputasi
Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering memilih bahasa yang digunakan. Kadang-kadang pembicara memilih bahasa atau variasi bahasa yang berwibawa atau reputasi baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa repurasi adalah pemakai bahasa atau variasi  bahasa karena faktor penilaian terhadap bahasa yang mengacu kepada bahasa rendah dan bahasa tinggi
h.      Bahasa Baku
Bahasa baku ditandai oleh stabilitas yang luwes, dan intelektualisasi. Intelektualisasi adalah tendensi kearah pengungkapan yang lebih teliti, tepat, dan pasti. Bahasa baku adalah seluruh variasi sejarah, regional, sosial, dan fungsional suatu bahasa yang digunakan, baik secara tertulis atau liasan oleh suatu masyarakat bahasa. Bahasa baku juga merupaka bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempuyai banyak bahasa.
i.        Bahasa Tulis
Pemakaian bahasa, boleh lisan, boleh juga tertulis.  Dilihat dari segi variasi bahasa, baku dan non baku, bahasa tulis lebih bersifat baku, apalagi jika itu berhubungan dengan dinas. Dikatakan baku karena penulis memikirkan matang-matang apa yang akan ditulis, kehati-hati dalam segi kaidah, dan pilihan kata yang digunakan.  Penulis akan memilih adan susunan kalimat yang tepat, cocok, bahkan kadang-kadang yang dibuat lebih dahulu buram atau konsep, lalu disalin, diperiksa lagi, disalin, diketik, dan akhirnya dikirim (kalau buku, yang dikirim ke penerbit).
j.        Bahasa Tutur Sapa
Menurut Pateda (dalam Harimurti Kridalaksana, 1978:14), kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang di pakai dalam sistem tutur sapa. Adanya sapaan mempengaruhi pula kata yang digunakan dan cara pengungkapannya. Dengan demikian tutur sapa selalu memperhatikan orang yang diajak bicara.
k.      Kan
Kan/cant dipakai sebagai variasi bahasa merengek-rengek atau purapura, biasanya digunakan oleh kalangan sosial rendah. Kan adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
l.        Jargon
Jargon adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti oleh kelompok lain dalam lingkungan tersendiri. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll.
m.    Variasi bahasa plesetan
Dalam penggunaan BI, meskipun tidak didalam situasi resmi, ada variasi yang disebut bahasa yang diplesetkan, khususnya kata-kata tertentu. Bentuk yang diplesetkan merupakan tindakan kesewenang-wenangan pemakai bahasa untuk menggunakan lambang-lambang tertentu yang kadang-kadang ingin memaksa sesuatu.
5)      Variasi bahasa dari segi situasi
Variasi bahasa dilihat dari segi situasi dapat dibagi menjadi variasi bahasa dalam situasi resmi dan variasi bahasa yang diguanakan tidak dalam situasi resmi. Variasi bahasa yang digunakan tidak dalam situasi resmi. Variasi bahasa dalam situasi resmi, yakni variasi bahasa yang dipakai dalam tulis-menulis resmi, misalnyadalam undang-undang, dokumen, surat yang berlaku secara dinas, bahasa yang digunakan dalam pertemuaan resmi, misalnya rapat, kuliah, khotbah, ceramah, bahasa dalam forum ilmiah. Variasi bahasa dalam situasi tidak resmi biasanya ditandai olehkeintiman. Dalam kaitan ini, orang yang akan berbicara sebaiknya                                                                                 memperhatikan  situasi jika situasinya resmi, orang harus menggunakan variasi bahasa yang baku.
6)      Variasi bahasa dari segi statusnya
Berdasarkan statusnya, bahasa dapat dibagi atas: (1) bahasa ibu, (2) bahasa daerah; (3) linguafranka; (4) bahasa nasional; (5) bahasa negara; (6) bahasa pengantar; (7) bahasa persatuan; (8) bahasa resmi.
a.       Bahasa Ibu
Bahasa ibu adalah bahasa yang digunakan dirumah, bahasa yang digunakan  ibu ketika berkomunikasi dengan anaknya sejak anak itu masih bayi. Seorang orang yang mengatakan bahasa ibu adalah bahasa daerah tertentu. Hal ini tidak salah, oleh karena bahasa tertentu yang digunakan untuk berkomunikasi dirumah. Tentu hal ini berlaku bagi keluarga yang masih menggunakan oleh seorang ibu untuk berkomunikasi dengan anaknya sejak kecil. Bahasa ibu digunakan di rumah, yang dalam situasi tidak resmi, yang berarti bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, berarti bahasa baku.
b.      Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di daerah tertentu untuk berkomunikasi antar sesama mereka.
c.       Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah bahasa yang digunakan oleh suatu negara untuk saling berkomunikasi antar sesama warga negara itu secara nasional. Pada umumnya setiap negara mempunyai bahasa nasional sendiri-sendiri. Nama bahsa itu sering asama dengan nama nasional negara pemilik bahasa itu. Persyartan untuk menjadi bhasa nasional adalah bahwa suatu bangsa yang merupakan kelompok kumpulan etnik sosial manusi yang besar dibedakan dari kelompok etnis.
d.      Bahasa Negara
Bahasa negara sebenarnya sama saja dengan bahasa nasional, keduanya mengandung unsur politik, juga unsur wilayah termasuk didalamnya. Bahasa nasinal lebih mengacu kepada kelompok nasional, sedangkan bahsa negara lebih mengacu pada wilayah pemakaian bahasa tersebut. Bahasa negara adalah bahasa yang diakui secara hukum digunakan oleh warga negara tersebut untuk berkomunikasi secara nasional. Bagi Indonesia, dikatakan dalam UUD 1945 bahwa bahasa negara adalah BI. Bahasa negara lebih mengacu kepada wilayah, sedangakan bahasa nasional lebih mengacu kepada nasionalitas, kepada pemakai bahasa yang memiliki nasionalitas pada suatu negara.
e.       Lingua Franka
Seperti diketahui di Indonesia terdapat banyak bahasa yang disebut BD, dan BD itu pun masih mempunyai variasi, yang disebut dialek, dan BI sendiri memiliki dialek-dialek pula. Orang juga mengetahui bahwa negara RI memiliki ratusan pulau yang di pisahkan oleh laut. Dalam keadan itu, diperlukan adanya bahasa yang dapat mempertemukan penutur BD yang lain sehingga mereka dapat berkomunikasi antar sesamanya. Bahasa yang berfungsi sebagai penghubung anatr penutur bahasa yang berbeda-beda disuatu tempat atau wilayah, disebut lingua franka.


f.       Bahasa Pengantar
Bahasa pengantar adalah bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Bahasa pengantar lebih banyak berfungsi sebagai wahan penjelas dalam proses belajar menganjar di kelas. Di Indonesia, bahasa pengantar seperti it, tetap BI dan berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, BD dapat pula di gunakan sebagai bahasa pengantar di  sekolah, terutama di sekolah dasar. Bhasa pengantar sering disebut bahasa sekolah, sebab bahasa itu lebih banyak digunakan di sekolah sesuia denga fungsinya.
g.      Bahasa Resmi
Bahasa resmi adalah bahasa yang secara hukum diakui sebagai bahsa resmi dalam sutu negara. Di Indonesia, Bi adalah bahasa resmi oleh karean secara yuridis telah ditetapkan di dalam UUD1945, Bab XV, pasal 36 yang berbunyi, “bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Bahasa resmi sesuai dengan statusnya mempunyai fungsi tertentu.
Bahasa resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, buku pelajaran dan lain sebagainya.
7)      Variasi Dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya ketika bertelepon, bertelegraf, ber-internet (ber-email dan ber-chatting), dan ber-sms.








BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut
v  Variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa  yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan
v  Macam-macam variasi bahasa, yaitu:
1)      Variari bahasa dari segi tempat
1.      Dialek
2.      Bahasa daerah
3.      Kolokial
4.      Jargon
5.      Vernakuler
2)      Variasi bahasa dari segi waktu
3)      Variasi bahasa dari segi pemakai
1.      Glososalia
2.      Idiolek
3.      Variasi bahasa karena kelamin
4.      Ekabahasawan
5.      Dwikebahasawan
6.      Anekakebahasawan
7.      Rol
8.      Variasi bahasa karena status sosial
9.      Variasi bahasa karena umur
4)      Pemakaiannya
1.      Diglosia
2.      Kreol
3.      Bahasa lisan
4.      Pijin
5.      Register
6.      Repertori
7.      Reputasi
8.      Bahasa baku
9.      Bahasa tulis
10.  Bahasa tutur sapa
11.  Kan
12.  Jargon
13.  Variasi bahasa Plesetan
5)      Situasi
6)      Statusnya
1.      Bahasa ibu
2.      Bahasa daerah
3.      Bahasa nasional
4.      Bahasa negara
5.      Lingua franka
6.      Bahasa pengantar
7.      Bahasa pengantar
7)      Variasi bahasa dari sarana
3.2 Saran
        Dapat juga disimpulkan bahwa variasi bahasa merupakan salah satu gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Hendaknya penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus di sesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.






DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya: Usaha Nasional
Keraf,gorys. 1984. Linguistik bandingan historis. Jakarta:  PT. Gramedia
Chaer, Abdul dkk. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Aslindgf. 2007 (diakses 10 April 2011). Variasi bahasa.http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Johnson, Paul Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. Jakarta: PT Gramedia
Pateda, mansuer. 2008. Sosiolinguistik. Gorontalo: perc. Viladan
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.






Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register).Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya;
2. basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
3. vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
6. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
8. ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.

f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.

1 komentar:

'Asyiqh mengatakan...
Hi siang. thanks 4 sharing, sangat bermanfaat. salam kenal saya anak sastra Arab UI . kunjungi balik blog saya ya http://esyikrohman.blogspot.com en jangan lupa isi buku tamu ya.. eh buku tamu anda udah ganti ke premium lho beralih ke CBox aja yg skrang masih gratisan hehe just saran
Bahasa Indonesia: Pijin, Kreol atau bukan keduanya?

Keberadaan Bahasa Indonesia hingga saat ini masih menjadi perdebatan para linguis. Apakah Bahasa Indonesia digolongkan menjadi bahasa pijin, kreol ataukah bukan keduanya. Ada dua sudut pandang dalam menggolongkan Bahasa Indonesia. Pertama adalah sejarah, Bahasa Indonesia telah digunakan selama 82 tahun sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi setelah dideklarasikan pada tanggal 28 oktober 1928, yang dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda. Sebelumnya, Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang telah mengalamai pembinaan di Riau. Bahasa Melayu Riau dikenal sebagai Bahasa Melayu tinggi. Bahasa Melayu itu terbagi menjadi tiga berdasar pada pemakaiannya (Umar Junus, 1965):
1.      Bahasa Melayu pasar, yaitu Bahasa Melayu yang terpakai sebagian besar dalam dunia dagang, yang telah bercampur dengan berbagai bahasa atau dialek, terutama bahasa China.
2.      Bahasa Melayu dialek, yaitu Bahasa Melayu yang berada di beberapa daerah yang pengucapannya telah terpengaruh oleh bahasa daerah setempat.
3.      Bahasa Melayu Riau, yaitu Bahasa Melayu yang telah dibina dan terpelihara sebegitu rupa. 
Sutan Takdir Alisjahbana (1957) mengakui bahwasanya Bahasa Melayu Riau dipakai sebagai standar penetapan Bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa. Hal ini juga diungkapkan oleh Anton M. Moeliono bahwasanya Bahasa Melayu Riau adalah dialek melayu yang terpelihara.  Pada masa itu, bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk merdeka dan pemimpin Indonesia membutuhkan suatu alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan identitas kebangsaan. Karena bangsa Indonesia sudah familiar dengan Bahasa Melayu dan dirasa sebagai milik bangsa, sehingga  pemerintah menetapkan Bahasa Melayu Riau itu sebagai Bahasa Indonesia (Hamidy, 1995).
Kedua adalah linguistik, Dalam disikusinya beberapa linguis menyatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa pijin malay (Holmes, 1992), sedang Wardhaugh (2002) berpendapat terbentuknya Bahasa Indonesia itu adalah akibat peristiwa kreolisasi. Bahasa pijin adalah bahasa yang tidak memiliki penutur asli, tetapi digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain (Wardhaugh, 2002). Bahasa pijin adalah sebuah produk dari sebuah masyarakat yang  multibahasa yang harus menentukan satu bahasa yang dijadikan lingua franca. Holmes (1988, pp.4-5) mendefinisikan bahasa pijin adalah sebuah pengikisan bahasa karena meluasnya hubungan kontak antar sekelompok manusia tanpa adanya bahasa yang resmi, bahasa ini berkembang ketika masyarakat membutuhkan komunikasi verbal dalam perdagangan, tetapi tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai penutur asli.
Proses pijinisasi itu disyaratkan pada situasi dimana bercampurnya sekurang-kurangnya adalah tiga bahasa (Whinnom, 1971), dimana salah satu bahasa itu mempunyai fungsi dominan dalam komunikasi. Bisa kita amati bahwa asal usul Bahasa Indonesia merupakan variasi Bahasa Melayu, jika kita menggolongkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pijin, maka ada sedikit kejanggalan seperti yang diungkapkan Holmes (1992), yang menjelaskan ada tiga karakteristik bahasa pijin:
1.      Bahasa pijin digunakan terbatas pada ranah bahasa tertentu dan fungsi
2.      Bahasa pijin itu mempunyai susunan kata yang sederhana dibandingkan dengan bahasa asli.
3.      Umumnya bahasa pijin mempunyai nilai tawar rendah dan mengundang perilaku negatif, khusunya bagi orang luar.
Mengamati karakteristik di atas, penting kiranya kita tinjau perkembangan Bahasa Indonesia sebelum kita menggolongkannya sebagai pijin, kreol atau bukan keduanya. Bahasa Indonesia telah memiliki ejaan sempurna dan digunakan tidak hanya di bidang tertentu. Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi pada satu bidang saja. Bahasa Indonesia juga sudah mempunyai ejaan baku, mempunyai struktur yang jelas dan hingga sekarang masih mengalami perkembangan denga cara menyerap dari bahasa-bahasa lain. Secara kuantitatif bahasa Indonesia itu dapat dikatakan bahasa melayu yang telah menyerap berbagai dialek diantaranya ialah bahasa Sansekerta, Arab, China, Portugis, Belanda dan Inggris (Humaidy, 1995). Proses peneyerapan ini akan memperkaya kosa kata Bahasa Indonesia.
Wardhaugh (2002) memandang bahwasanya Bahasa Indonesia mengalami proses kreolisasi. Kreolosasi adalah proses dimana bahasa pijin yang telah menjadi bahasa pertama pada generasi penutur asli, seperti yang diungkapkan Aitchison (1994,p.3177) bahwasanya kreol ada ketika pijin telah menjadi bahasa ibu. Proses kreolisasi itu adalah proses dimana bahasa mengalami pengembangan secara morphology dan sintaksis, mengalamai regulalisasi fonologi, adanya kesengajaan dalam meningkatkan fungsi bahasa yang digunakan dan mengalami perkembangan.
Dalam mengalami perubahan dari dialek Bahasa Melayu Riau pada Bahasa Indonesia, hanya bunyi /a/ pada akhir kata. Jika kita amati dalam Bahasa Melayu Riau, bunyi /a/ pada akhir kata cenderung pada bunyi /e/ lemah atau bunyi /eu. Pergeseran ini mudah dipahami, data yang dipakai adalah bahasa lisan dan tulisan. Dalam bahasa tulis, bunyi /a/, /b/dan /o/ pada akhir kata tidak dibedakan dengan tajam (Hamidy, 1995). Keterangan ini mebuktikan bahwasanya Bahasa Indonesia yang berinduk pada Bahasa Melayu tidak mengalami perubahan yang signifikan secara struktur bahasa dan fungsinya. Sejauh pengamatan yang telah dilakukan, Bahasa Indonesia tidak bisa digolongkan Bahasa pijin atau kreol, tetapi Bahasa Indonesia merupakan variasi atau dialek dari Bahasa Melayu yang telah tsersebar di nusantara dan terpelihara di Riau, sehingga bahasa ini menjadi familiar di seluruh bangsa Indonesia dan ditetapkan menjadi bahasa resmi Negara Indonesia.

Daftar Pustaka
Holmes, Janet, An Introduction to Sociolinguistics, Longman Publishing, New York, 1992.
Wardhaugh, Ronald, An Introduction to Sociolinguistics, Blackwell Publisher, USA, 2002.
Crowley, Terry, An Introduction to Historical Linguistics, University of Papua New Guinea, Suva Fiji. 1987.
Haenan, Paul dan E.K.M. Masinambow, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002.
Hamidy, U.U, Dari Bahasa Melayu Sampai Bahasa Indonesia, Unilak Press, Riau, 1995.
Thomson G. Sarah, Language Contact An Introduction, Edinburgh University Press, Edinburgh, 2001.
Dardjowidjojo, Soenjono, Bahasa Nasional Kita, ITB Bandung, Bandung, 1996.
Leap L. William, Deumert Andrea, Swann Joan and Mesthrie Rajend, Introducing Sociolinguistics, Edinburgh University, Edinburgh, 2001.

durotu











Tidak ada komentar:

Posting Komentar