BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Meskipun tidaksemua
komunikasi merupakan bahasa, bahsa merupakan media komunikasi yang paling
canggih dan produktif; semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti
bahasa isyarat lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu berbagai obyek
dan konsep. Pada saat yang sama, interaksi verbal merupakan suatu proses sosial
di mana ujaran dipilih sesuai dengan norma-norma dan harapan-harapan yang
disadari secara sosial.
Tidak ada satu bahasa
pun yang tidak memiliki variasi atau diferensiasi. Variasi ini dapat berujud
perbebedaan ucapan seseorang dari saat, maupun berbedaan yang terdapat dari
suatu tempat ke tempat yang lain. Tidak ada seorang pun secara sama mengucapkan
suatu bunyi sampai dua atau tiga kali. Tetapi diantara variasi-variasi yang
tampaknya tidak terabatas ini, diketahui pula bahwa variasi-variasi itu
memperlihatkan pula pola-pola tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi
pola-pola sosial, ada pula bersifat kedaerahan atau geografis. Cabang ilmu
bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam semua aspeknya
disebut dialektologi. Dialetologi
masih dibagi lagi atas dua sub-cabang yaitu geografi dialek dan
sosiolinguistik. Sosiolinguistik mempelajari variasi bahasa berdasarkan
pola-pola kemasyarakatan. variasi
bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan
fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam
bahasa yang bersangkutan
Terlepas dari adanya perbedaan kebahasaan, variasi
bahasa yang diterapkan dalam suatu masyarakat tutur membentuk suatu sistem
sebab variasi itu terkait dengan seperangkat norma-norma sosial yang diyakini
masyarakat itu. Dengan demikian variasi itu bisa diklasifikan menjadi tempat,
waktu, pemakai, pemakaiannya, situasi, statusnya dan sarana. penggunaan variasi bahasa dalam
kehidupan sehari-hari harus di sesuaikan dengan konteks penggunaannya.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam
masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang diatas penulis dapat mengambil permasalahan sebagai berikut
1) Apa
pengertian variasi bahasa ?
2) Apa
saja Macam-macam variasi bahasa?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun hal-hal yang ingin di capai dalam makalah ini adalah sebagai
berikut
1) Untuk mengetahui pengertian dari
variasi bahasa
2) Untuk mengetahui macam-macam variasi
bahasa
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Variasi Bahasa
Secara leksikografis, variasi
adalah (1) Tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula; (2) bentuk atau
rupa yang lain; (3) hiasan tambahan; (4) dalam bidang biologi, perubahan rupa
atau bentuk yang turun temurun pada binatang yang disebabkan oleh perubahan
lingkungan, sedangkan pada bidang linguistik, “wujud perbagai manivestasi bersyarat
maupun tidak bersyarat dari suatu satuan Pateda (Depdikbud; 1993:1117). Melalui
proses ini, di mana individu saling berhubungan
dan saling mempengaruhi,
masyarakat itu sendiri muncul. Dalam
pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala
individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan
pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi
juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor Nonlinguistik yang
mempengaruhipemakaian bahasa, yaitu:
·
Faktor-faktor
sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis
kelamin, dsb.
·
Faktor-faktor
situasional : siapa berbicara denganbahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana,
dan mengenai masalah apa.
Karena faktor-faktor di atas, maka timbul lah keaneka
ragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, atau biasa kita sebut
variasi bahasa.
Menurut
Chaer (2004:62) Variasi Bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh
adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Jadi, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah
sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan
situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa
yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Variasi bahasa
yang berhubungan dengan situasi berbahasa, disebut sosialek, variasi bahasa
yang berhubungan dengan situasi berbahasa disebut fungsiolek, dan variasi
bahasa yang berhubungan dengan perkembangan waktu, disebut kronolek menurtu
Pateda (Nababa, 1984:14).
1.2 Macam-Macam Variasi Bahasa
1)
Variasi
Bahasa Dari Segi Tempat
a. Dialek
Variasi
bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya,
bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Gambaran
tentang kenyataan sosial ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih dari pada
jumlah individu yang membentuknya. Tambahan pula ada pola interaksi
timbal-balik dimana mereka saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Tidak seorang pun
mengucapkan secara sama suatu unsur tertentu dengan cara yang sama sampai dua
kali atau lebih. Demikian pula terdapat perbedaan-perbedaan tertentu dari suatu
daerah ke daerah yang lain. Sebab itu pengertian bahasa yang biasanya dianggap
sebagai suatu yang bersifat monolit harus cair ke dalam satuan yang di sebut
dialek. sedangkan tiap kelompok ini yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam
tata bunyi, kosa kata, morfologi, dan sintaksis disebut dialek.
b. Bahasa
Daerah
Bahasa daerah adalah
bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu.
Misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Bali, Kaili. Bahasa daerah sering
dihubungkan kelompok etnik, biasa juga disebut suku bahasa.
c. Kolokial
Kolokial adalah bahasa yang di pakai sehari-hari oleh
masyarakat yang tinggal di daerah tertentu. Kolokial biasa disebut bahasa
sehari-hari, bahwa percakapan dan kadang-kadang disebut bahasa pasar. Di
Gorontalo kita dapat mendengarkan kolokial yang biasa di gunakan di pasar kota
Gorontalo berupa dialek Manado, misalnya seseorang berkata, “Paitua! Barapa
kankung itu satu ikat? Yang dalam bahasa Indonesi baku berbunyi Pak! Berapa
harga kangkung itu satu ikat?” kankolokial yang mengandung kata-kata yang
kurang enak didengar disebut slang. Slang merupakan bagian leksikal yang
termasuk dalam bidang yang unsur-unsurnya tidak baku, kata-kata dengan bahasa
santai yang biasanya digunakan oleh kelompok sosial terbatas dan profesi
tertentu.slang biasanya tidak bertahan lama, dan akan muncul lagi slang baru. Slang
merupakan variasi bahasa yang bercirikan penggunaan kosa kata yang baru
ditemukan dan cepat berubah, biasanya dipakai oleh kaum muda atau kelompok
sosial dan profesional untuk berkomunikasi intrakelompok, digunakan secara
terbatas dan bersifat rahasia. Slang bisa dipadankan dengan bahasa gaul.
d. Jargon
Jargon
adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial atau kelompok pekerja
tertentu dan tidak dimengerti oleh kelompok lain dalam lingkungan tersendiri. jargon adalah variasi sosial yang
digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir
dengan istilah roda gila, didongkrak, dll.
e. Vernakuler
Vernakuler adalah
bahasa lisan yang digunakan sekarang pada daerah tertentu atau wilayah tertentu
oleh penuturnya.
2)
Variasi
Bahasa Dari Segi Waktu
Variasi bahasa secara
diakronis disebut dialek temporel, dialek yang digunakan pada kurun waktu
tertentu. dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun
tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini. Dialek temporel atau variasi satu bahasa
karena perbedaan waktu. Jadi, sebutan bahasa Melayu Kuno, Melayu modern
masing-masing adalah dialek temporel bahasa Melayu.
3)
Variasi
bahasa dari segi pemakai
a. Glososalia
Yang dimaksud dengan
glososalia adalah variasi bahasa yang dituturkan oleh pemakai bahasa ketika ia
kesurupan. Orang kesurupan biasanya memantrai kata-kata atau kalimat tertentu.
Dukun kampung memantrai bahasa yang kesurupan itu.
b. Idiolek
Variasi
bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idiolek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. .
Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali
suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek
melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit. Keseluruhan
dari ciri-ciri bahasa perseorangan disebut idiolek
c. Variasi
bahasa karena kelamin
Variasi bahasa dapat
pula dibedakan berdasarkan jenis kelamin, lelaki dan perempuan. Meskipun tidak
terlalu tajam, tetapi akan terlihat perbedaan, baik yang berhubungan dengan
suasana pembicaraan, topik pembicaraan,
maupun pilihan kata dan kalimat yang digunakan menurut Pateda (lihat Chambers,
1996:102-103).
d. Ekakebahasawan
Yang dimaksud dengan
istilah Ekakebahasawan adalah variasi bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa
yang hanya menguasai satu bahasa. Contohnya yakni penutur bahasa Inggris di
Inggris. Kebetulan mereka beruntung, sebab tidak perlu mempelajari bahasa yang
lain karena bahasa Inggris telah menjadi bahasa dunia. Ekabahasawan tidak dapat
berkomunikasi.
e. Dwibahasawan
Dwibahasawan adalah
orang yang sanggup atau mampu menggunakan dua bahasa. Pemakai bahasa seperti
beroleh kesempatan yang lebih luas jika dibandingkan dengan ekabahasawan.
Pemakai bahasa yang dwibahasawan dapat segera berpindah bahasa jika pemakai
bahasa lain datang bergabung dengan kelompoknya. Misalnya, seorang pemakai
bahasa mampu dan sanggup menggunakan bahasa Indonesia dan dan bahasa Inggris.
Ketika ia berbicara dengan temannya tang menggunakan bahasa Indonesia, lalu
tiba-tiba datang pemakai bahasa Inggris, maka yang Dwibahasawan tadi dapat segera
berpindah bahasa, oleh karena bahasa harus berbicara dengan orang Inggris atau
pemakai bahasa Inggris.
f. Anekabahasawan
Seseorang yang
anekabahasawan dapat berinteraksi sosial lebih luas sehingga ia tidak mengalami
kesulitan jika bertemu dengan orang yang berbeda-beda bahasanya.tentu saja hal
ini terbatas pada bahasa yang dikuasainya. Misalnya seseorang sanggup
menggunakan BI, bahasa Inggris, BD, bahasa Jepang, lalu datang pemakai bahasa yang menguasai
bahasa Portugis, maka sudah pasti tidak dapat berkomunikasi bahasa Portugis,
kecuali jika pemakai bahasa Portugis menguasai bahasa Inggris.
g. Rol
Rol adalah peranan
dimainkan oleh seorang pemakai bahasa dalam interaksi sosial. Jabatan turut
mempengaruhi bahasa dan peranan pemilik jabatan tersebut dalam interaksi
sosial. Rol mempengaruhi suasana pembicaraan giliran berbicara, dan pilihan
kata dan kalimat, baik oleh pembicara maupun pendengar. Jika pembicara tidak memiliki jabatan apapun,
maka ia harus menyusuaikan penggunaan bahasanya dengan status sosial pemakai
bahasa. Selain itu, rol terlihat pula dalam pemakaian bahasa dengan lingkungan
keluarga. Di situ terlihat peranan ayah, ibu, dan kakek serta nenek terhadap
anak, sebaliknya secara berbaahasa anak menghadapi ibunya, ayahnya, atau
neneknya. Rol mempengaruhi pemakaian bahasa seseorang.
h. Variasi
Bahasa Karena Status Sosial
variasi pemakaian
bahasa yang disebabkan oleh status sosial pemakai bahasa, misalnya yang
berhubungan dengan jabatannya, kedudukan dalam masyarakat, jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan pemakai bahasa. Perbedaan pemakaian bahasa itu akan
tercermin pada
v Pilihan
kata dan kalimat yang digunakan
v Kosa
kata yang berhubungan dengan kta yang halus atau kasar
v Kosa
kata yang dihubungkan dengan keahlian
i.
Variasi Bahasa Karena Umur
Variasi
bahasa dapat pula disebabkan oleh faktor umur. Seperti diketahui makin tinggi
umur seseorang semakin banyak kosa kata yang dimilikinya; makin mudah menyerap
pembicaraan seseorang, makin banyak
pengalaman yang berpengaruh terhadap pembicaraan. Hal ini, dalam pemakai
bahasa bayi, anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, dan manula (lanjut usia).
4)
Variasi
Bahasa Dari Segi Pemakaiannya
Variasi
bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau
register, adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian,
perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini
yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan
biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi
estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa
jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah.
Komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat dan ringkas
karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam
media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam
bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan
bahasa tersebut.
a. Diglosia
Diaglosia sebaiknya
dibedakan dengan bilingualisme. Istilah diaglosia seperti telah bahwa menunjuk
pada keadaan dua variasi dari satu bahasa hidup berdampingan dalam suatu
masyarakat dan tiap variasi itu memiliki peranan tertentu. Di Indonesia
terlihan adanya BI yang berdampingan dengan BD, dan setiap bahasa memiliki
peranan berbeda. Namun BI tidak dapat di sebut bahasa yang berstatus
rendah.
b. Kreol
Kreolisasi merupakan
akibat kontak pemakaian bahasa. Kreolisasi adalah suatu perkembangan linguistik
yang terjadi karena dua bahasa berada dalam kontak yang lama menurtu Paterda
(Tampubolon; 1978:4). Dalam kontak bahasa tersebut terjadi integrasi.
c. Bahasa
lisan
Variasi bahasa lisan
penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemakaian bahasa lisan,
antara lain sebaiknya memperhatikan:
v Situasi
v Pendengar
(latar belakan pendidikannya, latar belakang status sosial)
v Masalah
yang di bicarakan
v Kata
dan kalimat yang digunakan
v Cara
pengungkapan
d. Pijin
Bahasa pijin adalah
variasi bahasa yang timbul akibat kontak bahasa yang berbeda. Timbulnya bahasa
pijin bukan semata-mata karena faktor historis, tetapi lebih banyak karena
faktor historis, perkembangan sosiokultural, dan pemakaiannya menurut Pateda
(Romaine;1994:163) atau faktor linguistik, sosialdan historis. Bahasa pijin
digunakan untuk kepentingan komunikasi singkat.
e. Register
Aktivitas manusia
beraneka ragam. Aktivitas manusia dapat dikaitkan dengan pekerjaannya. Orang
boleh saja memerintah seseorang yang dapat kita hubungkan dengan kegiatan
manusia sebagai makhluk sosial. Tiap jenis kegiatan, memaksa orang untuk
menggunakan bahasa yang berhubungan dengan pekerjaaannya. Timbullah variasa
bahasa yang disebut register. Dengan demikian, da bahasa para buruh di
pelabuhan, ada bahasa dokter, ada variasi bahasa pedagang, ada bahasa dokter.
Jadi register adalah variasi bahasa yang berhubungan dengan pekerjaan pemakai
bahasa. Register dapat di bagi menjadi 5 ragam, yaitu
v Ragam
bahasa resmi, digunakan dalam situasi resmi
v Ragam
bahasa formal, digunakan dalam pidato-pidato
v Ragam
bahasa usaha, digunakan dalam bidang usaha
v Ragam
bahasa santai, digunakan antara sesama teman
f. Reportori
Keseluruhan sumber
bahasa yang tersedia bagi anggota masyarakat guna melakukan interaksi sosial
yang bermakna disebut reportorium. Pateda (dalam Harimurti Kridalaksana,
1983:187-188) mengartikan istilah reportorium sebagai: (1) keseluruhan bahasa
atau variasi yang dikuasai oleh pemakai bahasa yang masing-masing
memungkinkannya untuk melaksanakan peran sosial tertentu; (2) keseluruhan
keterampilan komunikasi pembicara; (3) keseluruhan variasi bahasa dalam suatu
masyarakat bahasa. Pemakai bahasa dapat memilih bahasa atau variasi bahasa mana
saja, sudah tentu yang dikuasainya, dan sesuai degan perannya sebagai anggota
masyarakat, untuk menggunakan bahasa atau variasi bahasa itu yang tentu harus
sesuai dengan pendengar dan situasi.
g. Reputasi
Dalam kehidupan
sehari-hari, orang sering memilih bahasa yang digunakan. Kadang-kadang
pembicara memilih bahasa atau variasi bahasa yang berwibawa atau reputasi baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa repurasi adalah pemakai bahasa atau
variasi bahasa karena faktor penilaian
terhadap bahasa yang mengacu kepada bahasa rendah dan bahasa tinggi
h. Bahasa
Baku
Bahasa baku ditandai oleh
stabilitas yang luwes, dan intelektualisasi. Intelektualisasi adalah tendensi
kearah pengungkapan yang lebih teliti, tepat, dan pasti. Bahasa baku adalah
seluruh variasi sejarah, regional, sosial, dan fungsional suatu bahasa yang
digunakan, baik secara tertulis atau liasan oleh suatu masyarakat bahasa.
Bahasa baku juga merupaka bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang
mempuyai banyak bahasa.
i.
Bahasa Tulis
Pemakaian bahasa, boleh
lisan, boleh juga tertulis. Dilihat dari
segi variasi bahasa, baku dan non baku, bahasa tulis lebih bersifat baku,
apalagi jika itu berhubungan dengan dinas. Dikatakan baku karena penulis
memikirkan matang-matang apa yang akan ditulis, kehati-hati dalam segi kaidah,
dan pilihan kata yang digunakan. Penulis
akan memilih adan susunan kalimat yang tepat, cocok, bahkan kadang-kadang yang
dibuat lebih dahulu buram atau konsep, lalu disalin, diperiksa lagi, disalin,
diketik, dan akhirnya dikirim (kalau buku, yang dikirim ke penerbit).
j.
Bahasa Tutur Sapa
Menurut Pateda (dalam Harimurti Kridalaksana,
1978:14), kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang di pakai dalam sistem
tutur sapa. Adanya sapaan mempengaruhi pula kata yang digunakan dan cara
pengungkapannya. Dengan demikian tutur sapa selalu memperhatikan orang yang
diajak bicara.
k. Kan
Kan/cant
dipakai sebagai variasi bahasa merengek-rengek atau purapura, biasanya
digunakan oleh kalangan sosial rendah. Kan adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat
merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para
pengemis.
l.
Jargon
Jargon
adalah variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial atau kelompok pekerja
tertentu dan tidak dimengerti oleh kelompok lain dalam lingkungan tersendiri. jargon adalah variasi sosial yang
digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir
dengan istilah roda gila, didongkrak, dll.
m. Variasi
bahasa plesetan
Dalam
penggunaan BI, meskipun tidak didalam situasi resmi, ada variasi yang disebut
bahasa yang diplesetkan, khususnya kata-kata tertentu. Bentuk yang diplesetkan
merupakan tindakan kesewenang-wenangan pemakai bahasa untuk menggunakan
lambang-lambang tertentu yang kadang-kadang ingin memaksa sesuatu.
5)
Variasi
bahasa dari segi situasi
Variasi bahasa dilihat
dari segi situasi dapat dibagi menjadi variasi bahasa dalam situasi resmi dan
variasi bahasa yang diguanakan tidak dalam situasi resmi. Variasi bahasa yang
digunakan tidak dalam situasi resmi. Variasi bahasa dalam situasi resmi, yakni
variasi bahasa yang dipakai dalam tulis-menulis resmi, misalnyadalam
undang-undang, dokumen, surat yang berlaku secara dinas, bahasa yang digunakan
dalam pertemuaan resmi, misalnya rapat, kuliah, khotbah, ceramah, bahasa dalam
forum ilmiah. Variasi bahasa dalam situasi tidak resmi biasanya ditandai
olehkeintiman. Dalam kaitan ini, orang yang akan berbicara sebaiknya
memperhatikan situasi jika
situasinya resmi, orang harus menggunakan variasi bahasa yang baku.
6)
Variasi
bahasa dari segi statusnya
Berdasarkan statusnya,
bahasa dapat dibagi atas: (1) bahasa ibu, (2) bahasa daerah; (3) linguafranka;
(4) bahasa nasional; (5) bahasa negara; (6) bahasa pengantar; (7) bahasa
persatuan; (8) bahasa resmi.
a. Bahasa
Ibu
Bahasa ibu adalah
bahasa yang digunakan dirumah, bahasa yang digunakan ibu ketika berkomunikasi dengan anaknya sejak
anak itu masih bayi. Seorang orang yang mengatakan bahasa ibu adalah bahasa
daerah tertentu. Hal ini tidak salah, oleh karena bahasa tertentu yang
digunakan untuk berkomunikasi dirumah. Tentu hal ini berlaku bagi keluarga yang
masih menggunakan oleh seorang ibu untuk berkomunikasi dengan anaknya sejak
kecil. Bahasa ibu digunakan di rumah, yang dalam situasi tidak resmi, yang
berarti bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, berarti bahasa baku.
b. Bahasa
Daerah
Bahasa daerah adalah
bahasa yang digunakan oleh masyarakat di daerah tertentu untuk berkomunikasi
antar sesama mereka.
c. Bahasa
Nasional
Bahasa Nasional adalah
bahasa yang digunakan oleh suatu negara untuk saling berkomunikasi antar sesama
warga negara itu secara nasional. Pada umumnya setiap negara mempunyai bahasa
nasional sendiri-sendiri. Nama bahsa itu sering asama dengan nama nasional
negara pemilik bahasa itu. Persyartan untuk menjadi bhasa nasional adalah bahwa
suatu bangsa yang merupakan kelompok kumpulan etnik sosial manusi yang besar
dibedakan dari kelompok etnis.
d. Bahasa
Negara
Bahasa negara
sebenarnya sama saja dengan bahasa nasional, keduanya mengandung unsur politik,
juga unsur wilayah termasuk didalamnya. Bahasa nasinal lebih mengacu kepada
kelompok nasional, sedangkan bahsa negara lebih mengacu pada wilayah pemakaian
bahasa tersebut. Bahasa negara adalah bahasa yang diakui secara hukum digunakan
oleh warga negara tersebut untuk berkomunikasi secara nasional. Bagi Indonesia,
dikatakan dalam UUD 1945 bahwa bahasa negara adalah BI. Bahasa negara lebih
mengacu kepada wilayah, sedangakan bahasa nasional lebih mengacu kepada
nasionalitas, kepada pemakai bahasa yang memiliki nasionalitas pada suatu
negara.
e. Lingua
Franka
Seperti diketahui di
Indonesia terdapat banyak bahasa yang disebut BD, dan BD itu pun masih
mempunyai variasi, yang disebut dialek, dan BI sendiri memiliki dialek-dialek
pula. Orang juga mengetahui bahwa negara RI memiliki ratusan pulau yang di
pisahkan oleh laut. Dalam keadan itu, diperlukan adanya bahasa yang dapat
mempertemukan penutur BD yang lain sehingga mereka dapat berkomunikasi antar
sesamanya. Bahasa yang berfungsi sebagai penghubung anatr penutur bahasa yang
berbeda-beda disuatu tempat atau wilayah, disebut lingua franka.
f. Bahasa
Pengantar
Bahasa pengantar adalah
bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Bahasa pengantar
lebih banyak berfungsi sebagai wahan penjelas dalam proses belajar menganjar di
kelas. Di Indonesia, bahasa pengantar seperti it, tetap BI dan berdasarkan
kebijaksanaan pemerintah, BD dapat pula di gunakan sebagai bahasa pengantar
di sekolah, terutama di sekolah dasar.
Bhasa pengantar sering disebut bahasa sekolah, sebab bahasa itu lebih banyak
digunakan di sekolah sesuia denga fungsinya.
g. Bahasa
Resmi
Bahasa resmi adalah
bahasa yang secara hukum diakui sebagai bahsa resmi dalam sutu negara. Di
Indonesia, Bi adalah bahasa resmi oleh karean secara yuridis telah ditetapkan
di dalam UUD1945, Bab XV, pasal 36 yang berbunyi, “bahasa negara adalah bahasa
Indonesia”. Bahasa resmi sesuai dengan statusnya mempunyai fungsi tertentu.
Bahasa
resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat
dinas, surat-menyurat, buku pelajaran dan lain sebagainya.
7)
Variasi Dari
Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana
atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan
tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat
tertentu, misalnya ketika bertelepon, bertelegraf, ber-internet (ber-email dan
ber-chatting), dan ber-sms.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut
v Variasi bahasa adalah sejenis ragam
bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa
mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan
v Macam-macam variasi bahasa, yaitu:
1) Variari bahasa dari segi tempat
1. Dialek
2. Bahasa daerah
3. Kolokial
4. Jargon
5. Vernakuler
2) Variasi bahasa dari segi waktu
3) Variasi bahasa dari segi pemakai
1. Glososalia
2. Idiolek
3. Variasi bahasa karena kelamin
4. Ekabahasawan
5. Dwikebahasawan
6. Anekakebahasawan
7. Rol
8. Variasi bahasa karena status sosial
9. Variasi bahasa karena umur
4) Pemakaiannya
1. Diglosia
2. Kreol
3. Bahasa lisan
4. Pijin
5. Register
6. Repertori
7. Reputasi
8. Bahasa baku
9. Bahasa tulis
10. Bahasa tutur sapa
11. Kan
12. Jargon
13. Variasi bahasa Plesetan
5) Situasi
6) Statusnya
1. Bahasa ibu
2. Bahasa daerah
3. Bahasa nasional
4. Bahasa negara
5. Lingua franka
6. Bahasa pengantar
7. Bahasa pengantar
7) Variasi bahasa dari sarana
3.2
Saran
Dapat juga disimpulkan bahwa variasi
bahasa merupakan salah satu gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
Hendaknya penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus di
sesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai
bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa
Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kapita Selekta Sosiolinguistik. Surabaya: Usaha Nasional
Keraf,gorys. 1984. Linguistik bandingan historis. Jakarta: PT. Gramedia
Chaer,
Abdul dkk. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
Aslindgf.
2007 (diakses 10 April 2011). Variasi bahasa.http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html.
Chaer,
Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Johnson,
Paul Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik
Dan Modern. Jakarta: PT Gramedia
Pateda,
mansuer. 2008. Sosiolinguistik.
Gorontalo: perc. Viladan
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik
Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan
interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat
beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal
variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai
akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa
itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang
jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman
sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan
variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register).Chaer
(2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan
berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya;
2. basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
3. vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
6. jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
8. ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.
1 komentar:
'Asyiqh
mengatakan...
Hi siang. thanks 4 sharing, sangat bermanfaat.
salam kenal saya anak sastra Arab UI . kunjungi balik blog saya ya
http://esyikrohman.blogspot.com en jangan lupa isi buku tamu ya.. eh buku tamu
anda udah ganti ke premium lho beralih ke CBox aja yg skrang masih gratisan
hehe just saran
Bahasa Indonesia: Pijin, Kreol atau
bukan keduanya?
Keberadaan Bahasa Indonesia
hingga saat ini masih menjadi perdebatan para linguis. Apakah Bahasa Indonesia
digolongkan menjadi bahasa pijin, kreol ataukah bukan keduanya. Ada dua sudut
pandang dalam menggolongkan Bahasa Indonesia. Pertama adalah sejarah, Bahasa
Indonesia telah digunakan selama 82 tahun sebagai bahasa nasional dan bahasa
pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi setelah dideklarasikan
pada tanggal 28 oktober 1928, yang dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda.
Sebelumnya, Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang telah mengalamai
pembinaan di Riau. Bahasa Melayu Riau dikenal sebagai Bahasa Melayu tinggi.
Bahasa Melayu itu terbagi menjadi tiga berdasar pada pemakaiannya (Umar Junus,
1965):
1. Bahasa Melayu pasar,
yaitu Bahasa Melayu yang terpakai sebagian besar dalam dunia dagang, yang telah
bercampur dengan berbagai bahasa atau dialek, terutama bahasa China.
2. Bahasa Melayu dialek,
yaitu Bahasa Melayu yang berada di beberapa daerah yang pengucapannya telah
terpengaruh oleh bahasa daerah setempat.
3. Bahasa Melayu Riau,
yaitu Bahasa Melayu yang telah dibina dan terpelihara sebegitu rupa.
Sutan Takdir Alisjahbana (1957)
mengakui bahwasanya Bahasa Melayu Riau dipakai sebagai standar penetapan Bahasa
Indonesia yang dijadikan bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa. Hal ini
juga diungkapkan oleh Anton M. Moeliono bahwasanya Bahasa Melayu Riau adalah
dialek melayu yang terpelihara. Pada masa itu, bangsa Indonesia mempunyai
cita-cita untuk merdeka dan pemimpin Indonesia membutuhkan suatu alat untuk
mempersatukan bangsa Indonesia dan identitas kebangsaan. Karena bangsa
Indonesia sudah familiar dengan Bahasa Melayu dan dirasa sebagai milik bangsa,
sehingga pemerintah menetapkan Bahasa Melayu Riau itu sebagai Bahasa
Indonesia (Hamidy, 1995).
Kedua adalah linguistik, Dalam
disikusinya beberapa linguis menyatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa
pijin malay (Holmes, 1992), sedang Wardhaugh (2002) berpendapat terbentuknya
Bahasa Indonesia itu adalah akibat peristiwa kreolisasi. Bahasa pijin adalah
bahasa yang tidak memiliki penutur asli, tetapi digunakan dalam berinteraksi
dengan orang lain (Wardhaugh, 2002). Bahasa pijin adalah sebuah produk dari
sebuah masyarakat yang multibahasa yang harus menentukan satu bahasa yang
dijadikan lingua franca. Holmes (1988, pp.4-5) mendefinisikan bahasa
pijin adalah sebuah pengikisan bahasa karena meluasnya hubungan kontak antar
sekelompok manusia tanpa adanya bahasa yang resmi, bahasa ini berkembang ketika
masyarakat membutuhkan komunikasi verbal dalam perdagangan, tetapi tidak ada
satu kelompok pun yang mempunyai penutur asli.
Proses pijinisasi itu disyaratkan
pada situasi dimana bercampurnya sekurang-kurangnya adalah tiga bahasa
(Whinnom, 1971), dimana salah satu bahasa itu mempunyai fungsi dominan dalam
komunikasi. Bisa kita amati bahwa asal usul Bahasa Indonesia merupakan variasi
Bahasa Melayu, jika kita menggolongkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pijin,
maka ada sedikit kejanggalan seperti yang diungkapkan Holmes (1992), yang
menjelaskan ada tiga karakteristik bahasa pijin:
1. Bahasa pijin digunakan
terbatas pada ranah bahasa tertentu dan fungsi
2. Bahasa pijin itu
mempunyai susunan kata yang sederhana dibandingkan dengan bahasa asli.
3. Umumnya bahasa pijin
mempunyai nilai tawar rendah dan mengundang perilaku negatif, khusunya bagi
orang luar.
Mengamati karakteristik di atas,
penting kiranya kita tinjau perkembangan Bahasa Indonesia sebelum kita
menggolongkannya sebagai pijin, kreol atau bukan keduanya. Bahasa Indonesia
telah memiliki ejaan sempurna dan digunakan tidak hanya di bidang tertentu. Bahasa
Indonesia tidak hanya berfungsi pada satu bidang saja. Bahasa Indonesia juga
sudah mempunyai ejaan baku, mempunyai struktur yang jelas dan hingga sekarang
masih mengalami perkembangan denga cara menyerap dari bahasa-bahasa lain.
Secara kuantitatif bahasa Indonesia itu dapat dikatakan bahasa melayu yang
telah menyerap berbagai dialek diantaranya ialah bahasa Sansekerta, Arab,
China, Portugis, Belanda dan Inggris (Humaidy, 1995). Proses peneyerapan ini
akan memperkaya kosa kata Bahasa Indonesia.
Wardhaugh (2002) memandang
bahwasanya Bahasa Indonesia mengalami proses kreolisasi. Kreolosasi adalah
proses dimana bahasa pijin yang telah menjadi bahasa pertama pada generasi
penutur asli, seperti yang diungkapkan Aitchison (1994,p.3177) bahwasanya kreol
ada ketika pijin telah menjadi bahasa ibu. Proses kreolisasi itu adalah proses
dimana bahasa mengalami pengembangan secara morphology dan sintaksis,
mengalamai regulalisasi fonologi, adanya kesengajaan dalam meningkatkan fungsi
bahasa yang digunakan dan mengalami perkembangan.
Dalam mengalami perubahan dari
dialek Bahasa Melayu Riau pada Bahasa Indonesia, hanya bunyi /a/ pada akhir
kata. Jika kita amati dalam Bahasa Melayu Riau, bunyi /a/ pada akhir kata
cenderung pada bunyi /e/ lemah atau bunyi /eu. Pergeseran ini mudah dipahami,
data yang dipakai adalah bahasa lisan dan tulisan. Dalam bahasa tulis, bunyi
/a/, /b/dan /o/ pada akhir kata tidak dibedakan dengan tajam (Hamidy, 1995).
Keterangan ini mebuktikan bahwasanya Bahasa Indonesia yang berinduk pada Bahasa
Melayu tidak mengalami perubahan yang signifikan secara struktur bahasa dan
fungsinya. Sejauh pengamatan yang telah dilakukan, Bahasa Indonesia tidak bisa
digolongkan Bahasa pijin atau kreol, tetapi Bahasa Indonesia merupakan variasi
atau dialek dari Bahasa Melayu yang telah tsersebar di nusantara dan
terpelihara di Riau, sehingga bahasa ini menjadi familiar di seluruh bangsa
Indonesia dan ditetapkan menjadi bahasa resmi Negara Indonesia.
Daftar Pustaka
Holmes, Janet, An Introduction to Sociolinguistics, Longman
Publishing, New York, 1992.
Wardhaugh, Ronald, An Introduction to Sociolinguistics,
Blackwell Publisher, USA, 2002.
Crowley, Terry, An Introduction to Historical Linguistics,
University of Papua New Guinea, Suva Fiji. 1987.
Haenan, Paul dan E.K.M. Masinambow, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002.
Hamidy, U.U, Dari Bahasa Melayu Sampai Bahasa Indonesia,
Unilak Press, Riau, 1995.
Thomson G. Sarah, Language Contact An Introduction,
Edinburgh University Press, Edinburgh, 2001.
Dardjowidjojo, Soenjono, Bahasa Nasional Kita, ITB
Bandung, Bandung, 1996.
Leap L. William, Deumert Andrea, Swann Joan and Mesthrie
Rajend, Introducing Sociolinguistics, Edinburgh University, Edinburgh,
2001.