Selasa, 15 April 2014

EKRANISASI (KAJIAN BANDINGAN FILM KAWIN KONTRAK DAN NONEL KARYA TITA ROSIANTI) KARYA ROSINA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sastra Sastra merupakan suatu karya yang lahir dari imajinasi seseorang pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia melalui rekaannya dengan bahasa sebagai mediumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Priyatmi (dalam Didipu, 2011:3). Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Novel merupakan sebuah karya sastra yang imajinatif, menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, yang dibangun melalui berbagai unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar sudut pandang, tema, dan amanat.
Alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa kebahasa lain, tetapi jiga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi kesenian  lain. Cerita rekaan bisa bisa diubah menjadi tari, drama, atau film, sedangkan puisi bisa diubah menjadi lagi lukisan. Hal ini sebaliknya bisa juga terjadi, yakni novel dittulis berdasarkan film atau drama, sedangkan puisi bisa lahir dari lukisan atau lagu (damono, 2005:96).
Novel Kawin Kontrak karya Tita Rosianti merupakan salah satu novel yang sangat menarik untuk dikaji. Novel ini juga sudah difilmkan. Novel dan film ini sebagai salah satu objek kajian perbandingan karena memiliki cerita tentang mencari gadis untuk di nikahi secara kontrak.









1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut
1.      Bagaimana penciutan dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
2.      Bagaimana penambahan dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
3.      Bagaimana perubahan bervasiasi dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?

1.3  Tujuan Masalah
1)      Untuk mengetahui Penciutan dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
2)      Untuk mengetahui penambahan dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
3)      Untuk mengetahui perubahan bervasiasi dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?














BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Novel
Novel adalah hasil karya kreatif, yakni yang menyajikan bukan kenyataan yang ada dalam dunia ini, tetapi perlambangan dari kenyataan itu (cf. Knickerbocker dalam Benny, 1992:6 ). Oleh karena hal yang disajikan dalam sebuah novel itu bukan kenyataan, maka biasanya novel disebut juga karya fiksi atau karya rekaan, yaitu yang isinya pada dasarnya berupa ciptaan. novel muncul sebagai akibat dari beberapa faktor, mulai dari sosial, filosofi, ataupun literer.

2.2 Hakikat Film
Film adalah jenis kesenian yang paling mudah, sebelum adanya televisi. Televisi itu sendiri pada dasarnya adalah film, yakni gambar bergerak yang kita tonton di layar. Dalam bahasa inggris film juga disebut movie atau moving picture ‘gambar bergerak’. Yang penting dalam film, dengan demikian, adalah adanya gambar- dalam sejarah film, suara dan warna yang bermacam-macam itu datang kemudian. Film yang mula-mula dibuat adalah hitam-putih tanpa suara.

2.3 Hakikat Penciutan
Penciutan dikenal juga dengan istilah penghilangan.Penghilangan dalam kajian ini disesuaikan dengan ekranisasi itu sendiri. Eneste (1991:61) menyatakan bahwa ekranisasi berarti pula yang dinikmati berjam-jam atau berhari-hari harus diubah menjadi apa yang dinikmati (ditonton) selama Sembilan puluh sampai seratus dua puluh menit. Dengan kata lain, novel-novel tebal seperti Perang dan Damai Dokter Zhivago mau tidak mau harus mengalami pemotongan atau penciutan bila hendak difilmkan.
Diketahui bahwa novel ceritanya tidak cukup dipahami hanya sekali duduk berbeda hal dengan film.Film tidak membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengetahui cerita yang digambarkan dalm film tersebut.Hal ini senada dengan pandangan.

2.4 Hakikat Penambahan
Novel dan film merupakan dua karya yang berbeda. Kedua karya ini diciptakan oleh novelis dan sutradara dengan memodifikasi sedemikan rupa sehingga mampu melahirkan karya itu bermanfaat untuk dibaca, indah dan menarik saat ditonton. Eneste (1991:64) memberikan pandangan bahwa penulis scenario dan sutradara telah menafsirkan terlebih dahulu novel yang hendak difilmkan, ada kemungkinan terjadi penambahan-penambahan disana-sini. Misalnya penambahan pada cerita, alur, penokohan dan latar atau suasana.

2.5 Hakikat Perubahan Variasi
Eneste (1991:65) menjelaskan kecuali adanya penciutan dan penambahan, ekranisasi kemungkinan terjadinya variasi-variasi tertentu antara novel dan film. Karena novel mengalami penciutan dan penambahan, maka memungkinkannya terjadi perubahan bervariasi agar secara garis besar cerita tidak merubah  inti dari cerita dalam novel. Pemindahan cerita novel ke dalam film divariasikan oleh novelis dan sutradara untuk membuat daya tarik dan bermanfaat bagi pembaca dan penonton. Menurut Eneste (1991:65) menjelaskan kecuali adanya penciutan dan penambahan, ekranisasi kemungkinan terjadinya variasi-variasi tertentu antara novel dan film.

2.6 Hakikat Teori Ekranisasi
Yang dimaksud dengan ekranisasi sebenarnaya adalah suatu proses pemindahan atau pengadaptasian dari novel ke film. Eneste (1991:60) menyebutkan bahwa ekranisasi adalah suatu proses pelayar-putihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel kedalam film (ecran dalam bahasa prancis berarti layar). Ia juga menyebutkan bahwa pemindahan dari novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya berbagai perubahan. Oleh karena itu, ekranisasi juga bisa di sebut sebagai proses perubahan. Ekranisasi bertujuan untuk melihat proses perubahan yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan variasi yang terjadi dalam proses layar putihan sebuah novel. Pada perkembangannya sekarang, ekranisasi bukan saja perubahan atau adaptasi dari novel ke film, tetapi sekarang banyak pula bermunculan adaptasi dari film ke novel. Berkaitan dengan ini, Damono (2005:96) menyebutnya dengan istilah alih wahana. Dalam hal ini ia menjelaskan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian dalam jenis kesenian lain.
Ekranisasi sebenarnya suatu pengubahan wahan dari kata-kata menjadi wahana gambar. Di dalam novel, segalahnya diungkapkan dengan kata-kata. Pengilustruan dan penggambaran dilukiskan dengan gambar. Sedangkan dalam film, ilustrasi dan gambaran diwujudkan melalui gambar. Gambar di sinibukan hanya sekedar gambar mati, melainkan gambar hidup yang bisa ditonton secara langsung, menghadirkan suatu rangkaian peristiwa yang langsung pula.
Penggambaran melalui kata-kata yang dilakukan dalam novel akan menimbulkan imajinasi-imajinasi dalam pikiran pembacanya. Apa yang terjadi disini sebenarnya adlah proses mental. Dengan membaca, pembaca akan menangkap maksu-maksud yang ingin disampaikan pengarang. Sedangkan dalam film, penonton disuguhi satu gambar-gambar hidup, konkrit dan visual. Penonton seolah-olah sedang menyaksikan suatu kejadian yang sesungguhnya, yang nyata terjadi. Perbedaan wahana atau dunia-dunia kata-kata dan dunia gambar yang dimiliki oleh dua media ini novel dan fil tentu saja akan menghasilkan sesuatu yang berbeda.
 Istilah “ekranisasi” yang dikenal oleh pamusuk (1991) dalam bulunya yang berjudul novel dan film meski tampak sangat dangkal isi dan jangkauann teorinya tetap memberikan satu khasana baru dalam teori maupun kajian sastra ke film maupun adaptasi secara umum.








BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Penelitian perspektif komparatif ini terutama menitikberatkan pada penelaan teks karya dengan karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B, dan bahkan C dan D. penelitian ini dapat dikatakan titik awal munculnya karya sastra bandingan.

3.2 Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini yang menjadi sumber data yang didapatkan dalam kajian ini yaitu novel dan film Kawin Konrtak  karya  Tita Rosianti. Maka datanya yang terdapat novel berupa kata-kata, halaman, dan kutipan novel, sedangkan dalam film terdapat durasi dan kutipan film berupa gambar film.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Berikut merupakan beberapa strategi pengumpulan data yang patut dipertimbangkan. Endraswara (2011:171) menguraikan beberapa strategi pengumpulan data yaitu:
1)      Masalah karya sastra terjemahan yang umumnya menjadi tajuk awal data sastra bandingan. Terjemahan sering memunculkan kreativitas, penyesuaian dengan lingkungan, penyelarasan knoteks, dan sebagainya.
2)      Pembatasan geografis secara sempit juga tidak pernah terwujud.
3)      Sejauh mana persamaan diambil di antara perbedaan-perbedaan.
4)      Ada juga penulis-penulis dari negara yang sama tetapi menulis dalam bahasa dan dialek yang berlainan.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis sastra bandingan memerlukan ketelitian yang jenih. Analisis selalu menuju pada penemuan relasi antara dua karya atau lebih atau antara karya sastra dengan aspek lain. Francois Jost (dalam Endraswara, 2012:178-179) mengemukakan empat hal jurus tahap analisis sastra bandingan yaitu:
1)      Mencermati karya sastra dengan lainnya dengan menelusuri pengaruh karya sastra satu dengan yang lain, termasuk di sini adalah interdisipliner sastra bandingan, seperti sosiologi, filsafat, psikologi;
2)      Kategori yang mengkaji tema karya sastra;
3)      Kategori yang menganalisis gerakan atau kecendurungan yang menandai suatu peradaban, misalnya realism dan renaissance, serta
4)      Analisis bandingan antara genre satu dengan genre yang lain.






















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penciutan
Dalam film kawin kontrak menceritakan tentang tiga orang bocah yang baru saja mendengar kelulusannya dan berencana berlibur di desa untuk kawin kontrak. Setelah tiba di desa Sukasararean Jody dan Dika mendapat cewek untuk di nikahi secara kontrak namun berbeda dengan Rama yang susah mendapat gadis impiannya untuk di nikahi. Berbagai cara Rama untuk mendapatkan si Isa gadis impiannya yang akan di nikahi oleh Bos Fakhri dari Jakarta.
Terdapat penciutan dalam film Kawin Kontrak terdapat pada pernyataan yang dilontarkan oleh Gisela pada saat memukul Dika pada film Kawin Kontrak tidak di perlihatkan berikut kutipan novelnya sebagai berikut
Pembelaan Dika sama sekali nggak digubris Gisela. Cewek itu langsung nyambit dika dengan cambuknya. “mo kulit kek, mo plastik kek, mo karet kek!! Emang lo pikir gue demen?? Rese lo!!!” jeritnya kesal.
(KK: hal. 4)
Penghilangan juga yang tidak  di tampilkan dalam film yaitu Rama berkata untuk   membuat Isa tidak tersinggung padanya karena Rama bingung harus berbuat apa berikut kutipan dalam novel
Betul-betul pernyataan ‘simpati’ yang ngawur dan jauh dari simpatik. Rama bingung. Nggak ngerti juga kenapa ngomong yang aneh-aneh. Di saat itu dia langsung saja menyesali diri, kok nggak pernah kepikiran sedikit pun untuk ikutan sekolah kepribadian. Kalo sempet ikutan kan, dia bisa ngomong yang lebih intelek dikit, misalnya: kenapa kumis ikan lele di kampung Sukasararean tampak tampak lebih panjang dan tebal, dibandingkan dengan lele daru kampung lainnya.
(KK: Hal. 55-56)

Dalam film tidak terdapat latar serta suasana dalam kamar menggambarkan Rama yang tak bisa tidur karena memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan Isa serta Jodi dan Dika yang memikirkan acara besok pagi. Sedangkan dalam film langsung menggambarkan keesokan siangnya, gerombolan Pak Aan dan kawan-kawan: Bu Aan, Dika, Rani, Jodi, euis Kang Sono dan Rama yang mengantarkan para pengantin baru di depan Balai desa.
Malam di Paviliun rumah Pak Aan-yang baik hati, bersedia menampung ketiga bocah dari Jakarta itu (tapi yang jelas pake biaya, soalnya Pak Aan bisa ngedadak miskin kalo terus-menerusan ngasih makan bocah-bocahyang masih dalam masa pertumbuhan itu)-Rama keliatan gelisah dan terus-menerus membicarakan soal si Isa. Jody plus Dika yang cuman manggut-manggut juga nge-iya-in, padahal sama sekali nggak peduli sama masalah Rama. Pikiran mereka berdua terpaku ke acara esko pagi. Pengesahan kawin kontrak!
“Gue tetep bakal kejar si Isa, abisan tu anak keliatan Innocent banget,” sahut si rama membara. “Apalagi kata Kang Sono, doi masih perawan.” Tak ada respon dari Jody dan Dika. “Woi!! Kok lo-lo pada diem?” Rama protes. Udahlah, Ma. Tidur aja, emang lo nggak dingin ya, mondar-mandir kayak anak ayam ilang induk, gitu?” tanya Jodi, sembari menarik selimutnya samapai pangkal leher. “Hii.. anjrot, gue sih udah ngegigil geneh!”
“Jod, besok sih, kita nggak bakal kedinginan lagi, men,” timpal Dika, tiba-tiba.
Keduanya langsung ngikik genit, sedangkan si rama hanya mendengus kesal, dan tetep mondar-mandir di kamar, sembari mencari akal untuk mendapatka Isa.
“Lo berdua pada punya ide, kagak?”tanya Rama.
“Nggak!! Jawab jody dan Dika serempak, seiring berbarengan menarik selimut menutupi kepala.
Rama menghela napas lalu menghembuskannya dengan berat. Pikirannya kusut, ia terus membayangkan Isa, dan mencari-cari ide yang asih abstrak di kepalanya. Di balik selimut, Dika juga Jodi berusaha untuk tidur, meski batin mereka sedikit khawatir dengan perilaku Rama yang ngedadak labil.
(KK: hal. 36-38)

Dalam dalam novel Kawin Kontrak setelah Rama memberikan bakul Mak Enay di sawah Sukasararean. Ia mengeluarkan plastik hitam kecil dari dalam bakul, lalu di serahkannya pada Rama. Plastik tersebut berisi tutut dan Mak Enay berpamitan duluan. Rama membawa bingkisan itu ke rumah. Sedangkan pada film Kawin Kontrak Rama tidak diberikan plastik hitam yang berisi tutut dari Mak Enay.
          

Berikut kutipan novel yang tidak terdapat dalam film Kawin Kontrak sebagai berikut
Udah, cep Rama pulang saja, nanti kabulusan. Usir Mak Enay secara halus. Ia mengeluarkan plastik hitam kecil dari dalam bakul, lalu diserahkannya pada Rama. “Ini apa ya. Bu?”
Pan tadi cep Rama pengen tutut? Kebetulan Ema dapet banyak!”  Mak Emay pun terkekeh lirih. Dimasaknya pakai kunyit, garem, bunbu dapur biasa ajah. “Udah gitu, cep Rama rebus. Enak dimakannya pas anget-anget.”

Kutipan novel dibawah ini menggambarkan latar tempat di rumah Pak Aan yang tidak ditayangkan dalam film yaitu Rama yang sedang membawa tutut ke rumah dan Dika yang sedang menunggu Rama tanpa mengenakan pakaian. 
HATSYIH!!
Ada suara bersin lain datang dari paviliun rumah Pak Aan. Rama yang membawa bingkisan tutut, agak heran juga. La bergegas masuk dan mendapati Dika dududk di atas kursi rotan; bertelanjang dada.
Ngapain bugil-bugilan?” tanya Rama, bingung.
“Nah elo? Ngapain basah-basahan?”balas Dika jutek.
“Gue jatoh ke empang,” jawab Rama. Ia duduk disamping Dika, menatap sahabatnya lebih heran lagi. “pake baju napa, Dik?”
Baju gue nggak ada! Kena air kencing anak si jody! Dika mengembuskan napas berat. “Geblek sih, tu orang. Bukannya telaten ngurus anak! Malah didiemin. Jadi aja baju geu dikarbonin.”
“si Jody nggak bakal seteledor itu lah, Men” bela Rama.
“ iye juga , sih.” Dika tersenyum geli. “Masalahnya tadi kita lagi ngomongin si Euis, Ma. Jody kalah telak! Tujuh bandingan atu. Mampus nggak tu anak? Sumpe lo? Rama meyakinkan.
Dika mengangguk mantap. “ mangkanye, saking khusyu ngobrol,” kata Dika. Ia bergibik jijik. “cape dah, jadi Bapak!”
“lah, si Jody-nya sekarang ke mane?”
“Nah” itu, dia mampret! Sambil membawa baju geu!”
“lo kan bisa pake kaos geu, dodol. Geblek benget si lo?” Kata Rama.
“O iya, ya??” Dika secara dapet pencerahan. Ia beranjak berdiri, lalu melihat bungkusan yang dibawa oleh Rama. “itu apaan tuh?”
“Tutut”, jawab Rama
“Makanan apa racun?”
“katanya si makanan, tapi kudu dimasuk dulu. Gue juga nggak tau kayak apaan.”
“Lo kan bisa buka truss liat isinya! Geblek banget si lo?” kata Dika, membalas ucapan Rama sebelumnya tadi.
Pada saat dibuka…
Dika dan Rama mendadak mual, apalagi melihat cangkang-cangkang kecil yang masih terlumuri lumpur.
“Anjing!! Itu kan, keong!! Pekiki Dika jijik, serasa liat mutan jamur kaki. Dika pun bergerak mundur, dan beranjak ke arah pintu. “lo makan aja, ya?”
“Eh, Dik!! Sergah Rama.
Tapi Dika ke buru lari terbirit-birit, saking ketakutan dengan tutut.
“Ya elah, Dik. Gue kan mo minjemin kaos gue ke elo,” gumam Rama.
(KK: hal. 64-66).

Kutipan novel dibawah ini merupakan latar tempat di rumah Jodi yang tidak di tayangkan di dalam film Kawin Kontrak sebagai berikut kutipan novelnya

Tok… tok…tok….
Seseorang mengetuk pintu depan dengan tergesa-gesa.
“bentar!” seru Jody. Ia menggendong Joni. “kayaknya mami udah pulang, Jon”.
Ketika Jody membukakan pintu, tak ada sebuah piring yang tertutupi kain tergeletak di depan pintu. Jody duduk berjongkok sembari melihat isi dari piring itu, ia pun membuka pintu kainnya.
“Anjing !!! apa-apaan, nih!!!” jody ngamuk. Ia menurunkan joni dari gendongannya dan berlari ke luar pagar, mencari-cari sosok yang iseng bener menghadiahi sepiring siput kecil-kecil yang sudah dimasak.
Tapi tak ada siapa pun yang terlihat, suasana jalanan tampak sepi. Jodi mencari ke semak-semak dan pekarangan rumah yang rimbun dengan tanaman, namun nihil, bahkan tak terlihat ada tanda-tanda orang pernah bersembunyi di sana.
(KK: hal.67-68)
Latar tempat serta suasana hati Rama yang tidak terdapat dalam film namun yang di tayangkan hanya Rama memegang sebatang gagang kayu kecil kotor dan menuliskan nama Isa di tanah berikut kutipannya
Mungkin pedekate Rama di pertenakan lele itu memberikan kesan baru buat Isa. Tapi Rama malah semakin serba salah. Itu kali ya, yang benar-benar dibilang cinta? Rama sendiri setelah memasak tutut dengan ala kadarnya dan tanpa tanggung jawab diberikan kepada Jody yang nggak suka rela menerima kiriman penganan misteriusnya, iseng berjalan-jalan ke pematang sawah, melewati genangan lumpur, dan terus saja melangkah hingga mencapai sungai dengan aliran kecil. Sebuah kincir yang berputar, membuat si air bergemericik lebih riang.
Rama boro-boro kepengen foto-foto buat kenang-kenagan, dia malah duduk berjongkok di  pinggir sungai; mengambil sebatang gagang kayu kecil kotor. 
Dari kota cep? Tanya seseorang di belakang Rama. Ternyata itu seorang petani yang baru  kembali dari sawah. Ia membersihkan cangkulnya di dekat Rama.
“Iya, Pak. Dari Jakarta,” jawab Rama, ramah. Si Bapak hanya manggut-manggut. Rama mencoba berbasa-basi. “bentar lagi panen, ya Pak? Tadi saya liat disini padi-padinya subur banget, yah?” katanya.
“Si petani tersenyum  miris.” Kalau pun panen, itu bukan hak Bapak memanen, Cep,” katanya , pelan. Ia membasuh kedua tangan dan kakinya.
“kok bisa, Pak?”
“dulu mah iya, Cep. Tapi sekarang sawah-sawah disini banyaknya orang-orang kota yang punya, ” jelas si Bapak petani, iseng curhat. “tanah moyang Bapa juga nasibnya sama. Sekarang dibeli sama orang kota, udah diurug.”
“diurug? Emang mau dibikin apa, Pak?”
Si petani menggeleng lemah. “Bapak nggak tahu. Kam disini hnaya orang kecil, urusan besar semua orang kota yang atur,” jawabnya. Ia pun beranjak berdiri. “”punten ya, Cep… Bapa duluan pulang.”
“oh iya, Pak,” Rama menganggukkan kepalanya. Ati-ati, Pak
Mangga..”
 (KK: hal.71-72)
  (Durasi 37:12)

Latar waktu pada malam hari pada saat Rama yang ingin menemui Isa namun ketahuan oleh Kang sono dan menegurnya. Isa dari balik jendala di dalam kamar hanya dapat mendengar percakapan Rama dan Kang sono yang mengatakan kalau Rama ingin kawin kontrak jangan ada rasa suka karena selesai kawin kontrak maka akan berakhir.  Selain kutipan ini, terdapat pula kutipan yang menggambarkan adanya penghilangan alur cerita dalam novel yaitu ketika  Isa merebahkan badannya diatas tempat tidur serta mengambil foto keluarganya  tidak diperlihatkan berikut kutipan novelnya
Namun tak terdengar argumen apa-apa lagi dari bibir Rama. Isa merasakan kecewa yang amat sangat, dia jauh dari jendela dan merebahkan badannya di atas tempat tidur. Diambilnya kembali foto keluarga yang terletak di sisinya. Isa menatap lekat-lekat, dan menangis pelan. (KK: hal. 80)
       Terdapat pula kutipan yang menggambarkan adanya penghilangan alur cerita dalam novel ketika Rama ke sungai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Tanpa Rama sadari, dia terus melangkah dan kembali lagi kepinggiran sungai yang tempo hari Ia datangi. Tidak ada si pak petani yang sempat berbincang di sore itu, mungkin si bapak sedang sibuk mencangkulkan tanah orang lain.
Rama mengamati kincir yang berputar di sungai, tiba-tiba la melihat keganjilan di sana. Ternyata, kayu kecil yang kemarin dilemparkannya, kini telah berada di saluran bagia atas. Sepertiny, si kincir menaikkan kembali si kayu akibat putarannya.
Rama mendapat pencerahan batang kayu kecil yang harusnya ikut hsnyu bersama arus air, kini berubah arah melawan alirannya. Berarti, siapan pun bisa mengubah nasib, jika ia berusaha keras dan menghendakinya. Senyum Rama mengembang.
(KK: hal. 86)
            Penciutan sebagian alur cerita dalam novel ketika di filmkan merupakan cara dari seorang sutradara untuk membuat penonton merasa tertarik, bahkan membuat pembaca novel bertanya-tanya dengan penghilangan tersebut. Hal demikian dilakukan sutradara tidak lain adalah untuk menghindari agar tidak terjadi persamaan yang berlebihan antara film dan novel. Jika cerita, kejadian, tempat, dll, yang terdapat dalam novel jelas terlihat sama, maka pasti akan muncul dalam setiap benak pembaca untuk lebih memilih mebaca novelnya saja, atau sebaliknya, penonton lebih memilih untuk menotonton saja, dibandingkan membaca novel yang terlalu banyak jumlahnya. Penghilangan atau penciutan dalam novel dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Rama bangun pagi-pagi sekali. Setelah membereskan tempat tidur, mandi, gosok gigi, makan dan minum susu, ia bergegas untuk melakukan rencana lain demi gagalnya pernikahan Isa. Berhubungan Rama masih blank dengan rencana barunya, ia bergegas meminta Jody dan Dika.
Lagian, ramarada bete juga dapet pendangan jutek dari Pak Aan, plus tatapan sinis Pak Aan. Meski Rama nggak paham juga, kenapa Bu aan rada judes.
Jalan-jalan utama kanpung Sukasararean ngedadak Rame, orang-orang begitu sibuk lalu-lalang, mempersiapkna acara pernikahan dan hiburannya yang bakal di gelar tiga malem! “sampe teler!!” komentar beberapa orang di desaitu.
Rama sedikit menikmati pemandangan itu. Orang-orang di desa Sukasararean begitu kekeluargaan dan mengerjakan tugas penuh dedikasi, sesuatu yang sudah jarang sekali terjadi di kota Jakarta.
Tiba-tiba Nandang tertangkap oleh kedua mata Rama. Baru saja Rama hendak menghampiri dan menyapanya, bocah kecil yang tampak linglung karena banyak orang itu, langsung menyebrangi jalan.
Dari arah jalanan yang lebih menanjak, terlihat beberapa orang sedang berusaha keras mendorong stager  dengan gerobak, dan entah bagaimana, karet pengait gerobak terlepas. Orang-orang panik berteriak ngeri, terlbih si gerobak tak bisa di tahan dan bergelinding turun dengan kencangnya ke arah Nandang yang membeku di tempatnya. (KK: hal. 107-108)
Gambaran ini tidak ditampilkan oleh sutradara, karena dianggap kurang penting untuk menampilkan. Selian kutipan di bawah ini, terdapat pula kutipan yang menggambarkan adanya penciutan dalam film.Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini.
Rama yang membuka pintu depan  paviliun dan hendak menghirup udara pagi nan segar, langsung terkejut melihat sosok Dika yang meringkuk di kursi dan hanya mengenakan celana boxer. Rama membangunkan Dika buru-buru.
“Dik! Dik! Sadar, Men! Elo kenapa?” sahut Rama, sembari menepuk-nepuk bahu si Dika. “Woi! Sejak kapan lo disini !!! Dik!! Woii…!!”
Dika perlahan membuka kedua matanya, ia menguap pelan, lalu menarik-narik sarung yang dikenakan oleh Rama sebagai pengganti jaket.
Pi…jem…dong… Ma, gu…gu..e..di…di…ngin.., pinta Dika, giginya bergemelutuk.
Wah bahaya, ni! Udah nyok, masuk  kedalam! Lo bisa tewas kelamaan di luar,” ajak Rama. Ia memapah Dika memasuki ruangan tengah lalu memasuk ke kamar. “ Lo tiduran aja dulu, gue mo bikin minum”.
“su…. Su… sa.. tu.. ya, Ma?”
“iye, bawel”. Rama mendesah pelan, lalu mengambil dua bungkus susu kemasan dari dalam tasnya. Dia melangkah ke luar kamar. Tapi kembali lagi. “Eh Dik, punya lo mo di tambahin jahe, nggak?”
Tak ada jawaban dari Dika yang menggulung badannya dengan selimut.
“Dik?”
Rama hanya tersenyum simpul. Ia menyimpan satu susu kemasan di atas meja, keluar ari kamar, bergegas ke dapur dan hanya menyeduh secangkir untuk dirinya sendiri.
TOK….TOK..TOK..
Rama yang baru saja hendak menyeruput susu jahenya, langsung kaget lagi. Di pagi buta sudah ada yang mengetuk pintu rumahnya. Dia pun beranjak dari duduk, lalu membukakan pintu.
“Hoi!” sapa jody, tanpa basa-basi ia pun masuk kedalam rumah. Kedua telapak tangannya saling menggosok, karena kedinginan. “lo dahbangun, Men?”
Dari tadi, jawab Rama.
 (KK: hal. 127-128)

Kutipan-kutipan di dibawah ini merupakan bagian yang dihilangkan dalam filmnya. Kutipan ini mengisahkan tentang si Neneng yang menelpon Uwak Kading dan menceritakan nasibnya pada Mak Enay.. Pada kutipan latar suasana dibawah tak diperlihatkan dalam film serta tokoh Uwak Kading dan Uwak Amung. Langsung pada Rama dan Isa pergi ke kincir. Dalam film tidak di tayangkan karena sutradara ingin membuat penonton makin penasaran karena dalam film Neneng muncul dengan tiba-tiba pada saat pernikahan kontrak Isa dengan Bos Fakhri. Berikut kutipan novel yang dihilangkan dalam film
Dan kebetulan sekali saat mereka sedang berbincang-bincang dengan si Uwak Kading dan Mak enay, tiba-tiba HP milik si Uwak Kading berdering.
“Halow??” Halow??”  sapa Uwak Amung.
Ua! Si Ema… na??”
“Ua!”
Uwak Amung langsung   memberikan HP itu pada Mak Enay dengan panik, lalu Mak enay malah ikut-ikutan panik juga setelah memberikan telepon oleh Uwak Kading. Dalam beberapa menit telepon terputus dan Mak Enay pun mulai menangis pelan.
“Teu jelas ngomong naon si Neneng the,” sedu Mak Enay, ia memberikan HP si Uwak Kading kepada empunya. “pasti aya nanaon di sana”
“Haduh… kasian si Neneng ,” timpal Uwak Kading.
Dika menyodok ketek Jody, dan memberikan isyarat, kalau Mak Enay terbalik memakai HPnya sehingga suara si Neneng pasti nggak bakalan kedengaran jelas, ditambah lagi sinyal HP di desa itu kurang bagus. Jody yang niatnya udah serius berat, terpaksa harus menahan senyum.
“Kumaha atu, Cep” isak Mak Enay, pada Jody dan Dika.
(KK: hal. 135-136).

Penghilangan berikut menceritakan tentang Isa yang menyiapkan cemilan dan kopi untuk Abuba karena keasyikan menikmati minuman yang di suguhkan oleh Isa. Abuba jadi lupa akan tugasnya sehingga Rama dengan mudah masuk ke kamar Isa melalui jendela. Kemudian dengan mudahnya mereka bercerita di atas genteng agar tidak ketahuan. Namun kutipan alur cerita ini tidak di tampilkan dalam film . berikut kutipan novelnya
Isa meletakkan baki berisi cemilan dan satu gelas besar kopi pahit di meja teras rumahnya, ia hanya menagguk lesu pada Abuba yang berdiri di berada dengan muka gahar. Abuba membalasnya dengan anggukan cepat.
Baik banget si Isa. Meski meski sebenarnya keberadaan Abuba di sana buat mengawasi dia supaya nggak kabur dari pelaminan nanti, tapi sempet-sempetnya dia nyediain kopi plus makanan kecil supaya Abuba nggak kelaparan. “diminum Pak, Mumpung masih anget.” Ujar Isa. Isa langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas ke kamar, tapi baru saja ia menutup pintu tiba-tiba di balik pintu Rama membekap mulutnya dari belakang.
(KK: hal. 143-144).

4.2 Penambahan
Penambahan alur cerita dalam film pun dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Dalam film Kawin Kontrak menayangkan ada beberapa anak yang pulang dari tempat pengajian pada malam hari sedangkan dalam novel tidak terdapat gambaran anak-anak yang pulang dari tempat pengajian.
             (KK: 25:27)
Penambahan terjadi pada kutipan film di bawah ini , yang  menggambarkan kalau waktu pa gi telah tiba. Dan siap untuk melakukan aktifitas
 (KK: 44:06)
Terdapat penambahan pada film karya Tati Rosianti. Dalam novel tidak ada diceritakan tentang anak-anak sedang main bola di sawah. Tapi pada film telah ditambahkan. Berikut pembuktian pada film:

                 (KK: 47:15)
Pada novel di ceritakan bahwa Rama sedang berbicara dengan Isal tanpa sadar Isa menendang bola ke arah anak-anak yang sedang main bola. Berikut ini pembuktian dari novel dan Film:

(KK:47:41) (KK: hal. 47:42)
Penambahan berikut terdapat pada durasi 58:59 dua hansip yang sedang makan di pos kamling, dalam fil tidak di perlihatkan seperti terlihat pada gambar berikut

 58:59




Penambahan berikut ini tidak terlihat dalam novel yaitu pada saat Rama memberikan bunga untuk Isa dalam perjalanan pulang dari pasar. Dan Rama bantu membawakan belanjaan Isa.
 (KK: 1:11:17)
 (KK: 1:11:35)

Yang berikut latar tempat di rumah Rani yang tidak ada dalam novel namun ada dalam film. Yang menceritakan Dika yang datang ke rumah Rani untuk mengambil pakaiannya. Berikut terlihat pada gambar berikut
 1:19:44
4.3 Perubahan Variasi.
Perubahan Variasi terdapat pada kutipan dan gmbar dibawah ini yaitu perubahan pada latar tempat. Dalam novel diceritakan bahwa Tita Rosianti hanya mengatakan You’re sick!!! pada Hal. 4  itu nampak pada kutipan berikut ini. YOU’RE SICK!!!” seiring menyumpahi, gisela mengacungkan jari tengahnya.  (KK: hal.4) 

Sedangkan Pada durasi 2:32 Gisela hanya mengatakan gila lo!! Jadi pada film

                 

    2:32

Sebuah plang baru terlihat mengganti plang lama yang digelatakkan di pinggir pagar. Plang lama yang kusam dan tulisannya mulai mengabur itu, masih bisa dibaca oleh Rama, “SEDIA IKAN SEGAR BERKUALITAS-ADING KARTAMIHARDJA”.
(KK: hal. 54)

Dari gambar serta cuplikan novel di bawah ini ada perbedaan pada gambar Euis tidak mengendong  putranya  hanya menggandeng tangan Jody sedangkan pada novel Euis mengendong putranya. Dalam film anak Euis tidak di sertakan karena termasuk tokoh tambahan yang sebagai pelengkap. Hal itu nampak pada kutipan sebagai berikut.
Terjadi perubahan variasi dalam film Kawin Kontrak durasi 25:27 dan pada novel hal.38 sebagai berikut
     
Keesokan siangnya gerombolan Pak Aan dan kawan-kawan: Bu Aan, Dika, Rani, Jody, Euis, juga putranya: Joni, rama serta Kang Sono, keluar dari Balai desa, Jody berdampingn dengan Euis, yang mengendong anak kecil bertampang Arab, dimana si Dika sempet-sempetnya ngegosip ke Rama kalo Euis kebanyakan makan nasi kebuli waktu doi lagi hamil.
(KK: hal.38)

Pada novel Kawin Kontrak Rama langsung lompat kedalam kolam empang dan Isa segera kembali dengan membawa jaring bertangkai panjang untuk menangkap ikan lele yang jatuh di empang. Sedang pada film Kawin Kontrak Rama lompat ke dalam kolam empang sementara Isa hanya panik memanggil Rama yang tidak terlihat lagi di permukaan air dan membantu Rama untuk naik ke atas. Namun dalam film telah terjadi variasi karena dianggap lebih menarik tidak terkesan bahwa  seutuhnya hanya mengikuti apa yang ada di dalam novelnya tetapi sutradara juga memiliki keleluasaan untuk menambah atau mengurangi kreatifitasnya.
 
                        
Rama! Kamu teh ngapain harus masuk ke air!!” seru isa, yang sekarang sudah kembali sembari membawa jaring bertangkai panjang, yang cukup buat nangkapin ikan paus”.  Kan bisa pake ini? Nanti kalo kalo kamu datil lele kumaha?” Isa pun menujukkan si jaring pada Rama.
(KK: hal. 57)

Latar suasana dirumah Jody  yang mengalami variasi atau perubahan. Dalam  film Jody sibuk membuat susu untuk Joni, setelah tersadar ternyata Joni sedang mengacak-acak obat kuat serta sebagian telah diminum oleh Joni. Sedangkan dalam novel joni memakan siput yang mentah berikut kutipannya dalam novel serta bukti dalam film pada durasi 48:41
Jodi merasakan gelagat tak enak. La buru-buru ke teras rumah dan..
Ia mendapati bocah Arab itu sedang mengacak-acak siput goreng ‘misterius’. Mulut Jodi terlihat mengembung dan sibuk mengunyah. Jody bergidik jijik membayangkan siput yang hidup di tempat yang berlumpur mesti bersarang di dalam perut Hiii!!
(KK: hal.68)
      (Durasi 48:41)

Latar waktu yang mengalami perubahan. Kutipan yang menceritakan tentang Rama yang sedang sedih karena belum mendapatkan gadis untuk di kontrak sebagai istrinya. Dalam novel Kawin Kontrak sore hari Rama duduk di pinggir kincir air sedangkan dalam film mengalami perubahan menjadi Rama duduk di pinggir kincir air pada siang hari. Serta dalam novel pada saat Rama duduk di temani oleh petani sedangkan dalam film Rama hanya duduk sendiri  berikut kutipannya dalam novel serta bukti gambar
Petani itu pergi, meninggalkan Rama seorang diri. Seja semakin meredup di ufuk Barat, dan pemandangan dihiasi kepakan sayap burung-burung yang berarak pulang. Rama merasa sedih, selama ini ia tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Dan merasa sesak dirasakan olehnya ketika membayangkan kembali sosok si Pak petani. Orang itu bekerja keras membanting tulang, tapi malah orang lain yang menikmati hasilnya. (KK:hal. 72-73)

    
                        (37:35)                                                   (37:41)

Pada alur cerita dibawah ini mengalami perubahan. Dalam novel menceritakan kalau Isa pulang dari berbelanja dan di hadang oleh Rama kemudian tiba-tiba Rama tertusuk oleh paku sedangkan dalam film Rama bersandiwara tertusuk paku di bawah pohon setelah Isa melewatinya Rama berpura-pura kesakitan tertusuk paku. Berikut kutipan novel serta gambar dalam film
“Isa!” Rama menghadang Isa yang keluar dari jalan kecil di dekat rumahnya. Gadis itu terksiap sebentar, tetapi ia melewati Rama tanpa mengucapkan salam. “hei, lo kenapa sih?” panggil Rama.
“jangan ganggu Isa lagi, Kang!” seru Isa, sambil berjalan cepat.
“tunggu!! Isa”
Tiba-tiba sebuah paku besar menancap di alas sepatu Rama. Lukanya sih, nggak terlalu dalam karena sol sepatu Rama cukup tebal, tapi momen itu di gunakan Rama untuk menarik perhatian Isa.
AAWWW!! AADUUHH..!!!” teriak Rama, hiperbolis.
Isa berhenti dan menoleh ke belakang dengan dengan kaget. Dan lebih terkejut lagi saat dia melihat Rama menarik sebuah paku berkarat berukuran agak panjang yang menancap di bawah sol sepatunya. Buru-buru ia menghampiri Rama.
“Kang? Nggak apa-apa, kan?” tanya Isa panik. Ia menopang bahu Rama. “kita sekarang ke Puskesmas, ya? Akang bisa jalan, nggak?”
“bisa,” tegas Rama. Ia pura-pura menyingkirkan lengan Isa. “udah, gue nggak apa-apa. Lo kalo mo pergi, pergi aja. Kali lo banyak urusan.”
“Ya Allah, Kang. Masa Isa tegah ninggalin Akang?” kata Isa. “udah yuk, Isa anter. Tuh, mumpung ada garobag, kita ikut numpang sampe jembatan ya?” (KK:hal.83-84)

 (Durasi 45:08)

Berdasarkan bukti kutipan di bawah ini maka, terlihat jelas variasi cerita antara novel Kawin Kontrak  dengan film Kawin Kontrak  dalam cerita ini digambarkan oleh pengarang bahwa Fakhri membawa tukang jahit yang akan menjahit pakaian untuk menikah nanti sedangkan dalam film terjadi perubahan yaitu Fakhri datang ke Desa Sukasararean hanya untuk memastikan kesiapan Pak Aan untuk mengatur acara nikah Bos Fakhri dan ingin melihat calon istrinya Isa. Berikut bukti gambar serta kutipan novelnya

 52:14    51:38

“Coba ente cari grup musik, sound sistem, dan semuanya! Ana jadikan ente ketua panitia buat panggung hiburan nikahan ana!” kata Fakhri.
Ya Allah, pekik Kang Sono dalam hati. Bisa cilaka urang myn gagal uy!
“Bagaimana. Sono?”
“eh iya, si… siap, Bos.” Kang sono pun memberi hormat.
“Nah, ana juga udah siapin tukang jahit untuk bikin baju penganten.” Fakhri pun menjentikkan jari pada Abuba.
Abuba dengan sigap, menjentikkan jari lagi ke salah satu mobil lain. Tanpa perlu menunggu lama, seorang pria agak gemulai turun dari mobil, lalu berdiri  di samping Abuba, si penjahit hanya memberikan senyum diplomatis pada Pak Aan, Bu Aan, juga Kang Sono.
“Nah, sekarang ana mau ketemu calon istri ana” tukas Fakhri
“mari, Bos. Kami antar ke rumahnya,” ajak Pak Aan.
(KK: hal. 89)

Penggalan tayangan film di bawah ini  menggambarkan latar tempat di rumah Rani antara Rama dan Dika. Dalam film Rani membawakan susu untuk Dika sedangkan dalam novel Rani membawakan segelas air putih. Jadi dalam cerita antara novel dan film sedikit mengalami perubahan. Berikut gambar serta kutipan novelnya
   2: 14
“Dik.. pliisss! Ini penting bangedh, Dik!!”
Rani muncul dari dalam rumah, membawa handuk dan segelas besar air putih. Gadis itu hanya mengangguk sedikit pada Rama, dan menyerahkan air dalam gelas itu ke Dika. Dika menengadah habis isi gelas, sedangkan Rani mengelap keringatnya (KK: hal. 115)

Variasi terdapat pada pernikahan. Dalam film bos Fakhri menodong Nandang adik Isa dengan pisau. Sedangkan dalam novel bos Fakhri hanya mencekik Nandang sebagai sanderanya. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan film berikut.
                  (Durasi 1:37:16)
Tiba-tiba saja Fakhri mencekik leher Nandang, dia yang merasa terpojok tiba-tiba saja mendapat ide menjadikan Nandang sebagai sanderanya. (KK: hal. 160)





















BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan, yaitu :
1)      Tentang penciutan dalam novel Kawin Kontrak  ke dalam film karya Tita Rosianti dari perbandingan antara novel dan film terlihat dari penciutan atau pengurangan yang dilakukan oleh sutradara diagap beberapa bagian cerita tersebut tidak terlalu penting dan hanya akan membuat durasi film semakin panjang karena  setiap gerakan yang di lakukan oleh aktor mendapat bayaran mahal.
2)      Penambahan film Kawin Kontrak   karya Tita Rosianti dari perbandingan antara novel dan film terlihat begitu jelas dari penambahan yang dilakukan oleh sutradara ketika harus membandingkannya dengan novel. Penambahan itu dilakukan agar film terlihat menarik.
3)      Perubahan bervariasi dalam novel Kawin Kontrak  ke dalam film  karya Tita Rosianti perbandingan antara novel dan film terlihat dari perubahan bervariasi yang dilakukan oleh sutradara karena sutrada ingin mengubah sedikit sedikit alurnya yang ada di novel, agar tidak terlihat bahwa cerita yang ada di novel sudah sepenuhnya sama dengan yang ada di film.

 5.2 Saran
Dengan kajian ekranisasi ini, peneliti serta pembaca bisa menambah wawasan dalam mengkaji tentang film dan novel.








DAFTAR PUSTAKA

Aziez, Fuqonul.
2010. Menganalisis Fiksi (Sebuah Pengantar). Bogor: Ghalia Indonesia
Damono, Sapardi Djoko.
2012. Alih Wahana. Editum.
Eneste, Pamusuk.
1991. Novel dan Film. Yogyakarta:Nusa Indah
Rosianti, Tita.
            2008. Kawin Kontrak. Jakarta: GagasMedia
Eneste, Pamusuk.
1991. Novel dan Film. Yogyakarta:Nusa Indah
Endraswara, suwardi.
2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Buku Pop







Tidak ada komentar:

Posting Komentar