BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra Sastra merupakan suatu karya yang lahir dari
imajinasi seseorang pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia melalui
rekaannya dengan bahasa sebagai mediumnya. Seperti yang diungkapkan oleh
Priyatmi (dalam Didipu, 2011:3). Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan
masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Novel merupakan sebuah karya
sastra yang imajinatif, menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan
yang diidealkan, yang dibangun melalui berbagai unsure intrinsiknya seperti
peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar sudut pandang, tema, dan amanat.
Alih
wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Karya
sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa
kebahasa lain, tetapi jiga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi kesenian lain. Cerita rekaan bisa bisa diubah menjadi
tari, drama, atau film, sedangkan puisi bisa diubah menjadi lagi lukisan. Hal
ini sebaliknya bisa juga terjadi, yakni novel dittulis berdasarkan film atau
drama, sedangkan puisi bisa lahir dari lukisan atau lagu (damono, 2005:96).
Novel
Kawin Kontrak karya Tita Rosianti merupakan
salah satu novel yang sangat menarik untuk dikaji. Novel ini juga sudah
difilmkan. Novel dan film ini sebagai salah satu objek kajian perbandingan karena
memiliki cerita tentang mencari gadis untuk di nikahi secara kontrak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana
penciutan dalam novel Kawin Kontrak ke
dalam film karya Tita Rosianti?
2. Bagaimana
penambahan dalam novel Kawin Kontrak
ke dalam film karya Tita Rosianti?
3. Bagaimana
perubahan bervasiasi dalam novel Kawin
Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
1.3 Tujuan Masalah
1) Untuk
mengetahui Penciutan dalam novel Kawin
Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
2) Untuk
mengetahui penambahan dalam novel Kawin
Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
3) Untuk
mengetahui perubahan bervasiasi dalam novel Kawin
Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Hakikat Novel
Novel
adalah hasil karya kreatif, yakni yang menyajikan bukan kenyataan yang ada
dalam dunia ini, tetapi perlambangan dari kenyataan itu (cf. Knickerbocker
dalam Benny, 1992:6 ). Oleh karena hal yang disajikan dalam sebuah novel itu
bukan kenyataan, maka biasanya novel disebut juga karya fiksi atau karya
rekaan, yaitu yang isinya pada dasarnya berupa ciptaan. novel muncul sebagai
akibat dari beberapa faktor, mulai dari sosial, filosofi, ataupun literer.
2.2
Hakikat Film
Film
adalah jenis kesenian yang paling mudah, sebelum adanya televisi. Televisi itu
sendiri pada dasarnya adalah film, yakni gambar bergerak yang kita tonton di
layar. Dalam bahasa inggris film juga disebut movie atau moving picture ‘gambar
bergerak’. Yang penting dalam film, dengan demikian, adalah adanya gambar-
dalam sejarah film, suara dan warna yang bermacam-macam itu datang kemudian.
Film yang mula-mula dibuat adalah hitam-putih tanpa suara.
2.3
Hakikat Penciutan
Penciutan
dikenal juga dengan istilah penghilangan.Penghilangan dalam kajian ini
disesuaikan dengan ekranisasi itu sendiri. Eneste (1991:61) menyatakan bahwa
ekranisasi berarti pula yang dinikmati berjam-jam atau berhari-hari harus
diubah menjadi apa yang dinikmati (ditonton) selama Sembilan puluh sampai
seratus dua puluh menit. Dengan kata lain, novel-novel tebal seperti Perang dan Damai Dokter Zhivago mau tidak mau harus mengalami pemotongan atau penciutan bila hendak difilmkan.
Diketahui
bahwa novel ceritanya tidak cukup dipahami hanya sekali duduk berbeda hal dengan
film.Film tidak membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengetahui cerita yang
digambarkan dalm film tersebut.Hal ini senada dengan pandangan.
2.4
Hakikat Penambahan
Novel
dan film merupakan dua karya yang berbeda. Kedua karya ini diciptakan oleh
novelis dan sutradara dengan memodifikasi sedemikan rupa sehingga mampu
melahirkan karya itu bermanfaat untuk dibaca, indah dan menarik saat ditonton.
Eneste (1991:64) memberikan pandangan bahwa penulis scenario dan sutradara
telah menafsirkan terlebih dahulu novel yang hendak difilmkan, ada kemungkinan
terjadi penambahan-penambahan disana-sini.
Misalnya penambahan pada cerita, alur, penokohan dan latar atau suasana.
2.5
Hakikat Perubahan Variasi
Eneste
(1991:65) menjelaskan kecuali adanya penciutan dan penambahan, ekranisasi
kemungkinan terjadinya variasi-variasi tertentu antara novel dan film. Karena novel
mengalami penciutan dan penambahan, maka memungkinkannya terjadi perubahan
bervariasi agar secara garis besar cerita tidak merubah inti dari cerita dalam
novel.
Pemindahan cerita novel ke dalam film divariasikan oleh novelis dan sutradara
untuk membuat daya tarik dan bermanfaat bagi pembaca dan penonton. Menurut
Eneste (1991:65) menjelaskan kecuali adanya penciutan dan penambahan,
ekranisasi kemungkinan terjadinya variasi-variasi tertentu antara novel dan
film.
2.6
Hakikat Teori Ekranisasi
Yang
dimaksud dengan ekranisasi sebenarnaya adalah suatu proses pemindahan atau
pengadaptasian dari novel ke film. Eneste (1991:60) menyebutkan bahwa
ekranisasi adalah suatu proses pelayar-putihan atau pemindahan/pengangkatan
sebuah novel kedalam film (ecran dalam bahasa prancis berarti layar). Ia juga
menyebutkan bahwa pemindahan dari novel ke layar putih mau tidak mau
mengakibatkan timbulnya berbagai perubahan. Oleh karena itu, ekranisasi juga
bisa di sebut sebagai proses perubahan. Ekranisasi bertujuan untuk melihat
proses perubahan yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan variasi yang
terjadi dalam proses layar putihan sebuah novel. Pada perkembangannya sekarang,
ekranisasi bukan saja perubahan atau adaptasi dari novel ke film, tetapi
sekarang banyak pula bermunculan adaptasi dari film ke novel. Berkaitan dengan
ini, Damono (2005:96) menyebutnya dengan istilah alih wahana. Dalam hal ini ia
menjelaskan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian dalam
jenis kesenian lain.
Ekranisasi
sebenarnya suatu pengubahan wahan dari kata-kata menjadi wahana gambar. Di
dalam novel, segalahnya diungkapkan dengan kata-kata. Pengilustruan dan
penggambaran dilukiskan dengan gambar. Sedangkan dalam film, ilustrasi dan
gambaran diwujudkan melalui gambar. Gambar di sinibukan hanya sekedar gambar
mati, melainkan gambar hidup yang bisa ditonton secara langsung, menghadirkan
suatu rangkaian peristiwa yang langsung pula.
Penggambaran
melalui kata-kata yang dilakukan dalam novel akan menimbulkan
imajinasi-imajinasi dalam pikiran pembacanya. Apa yang terjadi disini
sebenarnya adlah proses mental. Dengan membaca, pembaca akan menangkap
maksu-maksud yang ingin disampaikan pengarang. Sedangkan dalam film, penonton
disuguhi satu gambar-gambar hidup, konkrit dan visual. Penonton seolah-olah
sedang menyaksikan suatu kejadian yang sesungguhnya, yang nyata terjadi.
Perbedaan wahana atau dunia-dunia kata-kata dan dunia gambar yang dimiliki oleh
dua media ini novel dan fil tentu saja akan menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Istilah “ekranisasi” yang dikenal oleh pamusuk
(1991) dalam bulunya yang berjudul novel dan film meski tampak sangat dangkal
isi dan jangkauann teorinya tetap memberikan satu khasana baru dalam teori
maupun kajian sastra ke film maupun adaptasi secara umum.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Penelitian
perspektif komparatif ini terutama menitikberatkan pada penelaan teks karya
dengan karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan
karya sastra B, dan bahkan C dan D. penelitian ini dapat dikatakan titik awal
munculnya karya sastra bandingan.
3.2
Data dan Sumber Data
Pada
penelitian ini yang menjadi sumber data yang didapatkan dalam kajian ini yaitu
novel dan film Kawin Konrtak karya
Tita Rosianti. Maka datanya yang terdapat novel berupa kata-kata,
halaman, dan kutipan novel, sedangkan dalam film terdapat durasi dan kutipan
film berupa gambar film.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Berikut
merupakan beberapa strategi pengumpulan data yang patut dipertimbangkan.
Endraswara (2011:171) menguraikan beberapa strategi pengumpulan data yaitu:
1) Masalah
karya sastra terjemahan yang umumnya menjadi tajuk awal data sastra bandingan.
Terjemahan sering memunculkan kreativitas, penyesuaian dengan lingkungan,
penyelarasan knoteks, dan sebagainya.
2) Pembatasan
geografis secara sempit juga tidak pernah terwujud.
3) Sejauh
mana persamaan diambil di antara perbedaan-perbedaan.
4) Ada
juga penulis-penulis dari negara yang sama tetapi menulis dalam bahasa dan dialek
yang berlainan.
3.4
Teknik Analisis Data
Analisis
sastra bandingan memerlukan ketelitian yang jenih. Analisis selalu menuju pada
penemuan relasi antara dua karya atau lebih atau antara karya sastra dengan
aspek lain. Francois Jost (dalam Endraswara, 2012:178-179) mengemukakan empat
hal jurus tahap analisis sastra bandingan yaitu:
1) Mencermati
karya sastra dengan lainnya dengan menelusuri pengaruh karya sastra satu dengan
yang lain, termasuk di sini adalah interdisipliner sastra bandingan, seperti
sosiologi, filsafat, psikologi;
2) Kategori
yang mengkaji tema karya sastra;
3) Kategori
yang menganalisis gerakan atau kecendurungan yang menandai suatu peradaban,
misalnya realism dan renaissance, serta
4) Analisis
bandingan antara genre satu dengan genre yang lain.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Penciutan
Dalam
film kawin kontrak menceritakan tentang tiga orang bocah yang baru saja
mendengar kelulusannya dan berencana berlibur di desa untuk kawin kontrak.
Setelah tiba di desa Sukasararean Jody dan Dika mendapat cewek untuk di nikahi
secara kontrak namun berbeda dengan Rama yang susah mendapat gadis impiannya
untuk di nikahi. Berbagai cara Rama untuk mendapatkan si Isa gadis impiannya
yang akan di nikahi oleh Bos Fakhri dari Jakarta.
Terdapat
penciutan dalam film Kawin Kontrak terdapat pada pernyataan yang dilontarkan
oleh Gisela pada saat memukul Dika pada film Kawin Kontrak tidak di perlihatkan
berikut kutipan novelnya sebagai berikut
Pembelaan Dika sama sekali
nggak digubris Gisela. Cewek itu langsung nyambit dika dengan cambuknya. “mo
kulit kek, mo plastik kek, mo karet kek!! Emang lo pikir gue demen?? Rese
lo!!!” jeritnya kesal.
(KK: hal. 4)
Penghilangan
juga yang tidak di tampilkan dalam film
yaitu Rama berkata untuk membuat Isa
tidak tersinggung padanya karena Rama bingung harus berbuat apa berikut kutipan
dalam novel
Betul-betul pernyataan
‘simpati’ yang ngawur dan jauh dari simpatik. Rama bingung. Nggak ngerti juga
kenapa ngomong yang aneh-aneh. Di saat itu dia langsung saja menyesali diri,
kok nggak pernah kepikiran sedikit pun untuk ikutan sekolah kepribadian. Kalo
sempet ikutan kan, dia bisa ngomong yang lebih intelek dikit, misalnya: kenapa
kumis ikan lele di kampung Sukasararean tampak tampak lebih panjang dan tebal,
dibandingkan dengan lele daru kampung lainnya.
(KK:
Hal. 55-56)
Dalam
film tidak terdapat latar serta suasana dalam kamar menggambarkan Rama yang tak
bisa tidur karena memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan Isa serta Jodi
dan Dika yang memikirkan acara besok pagi. Sedangkan dalam film langsung menggambarkan
keesokan siangnya, gerombolan Pak Aan dan kawan-kawan: Bu Aan, Dika, Rani,
Jodi, euis Kang Sono dan Rama yang mengantarkan para pengantin baru di depan
Balai desa.
Malam di Paviliun rumah
Pak Aan-yang baik hati, bersedia menampung ketiga bocah dari Jakarta itu (tapi
yang jelas pake biaya, soalnya Pak Aan bisa ngedadak miskin kalo
terus-menerusan ngasih makan bocah-bocahyang masih dalam masa pertumbuhan
itu)-Rama keliatan gelisah dan terus-menerus membicarakan soal si Isa. Jody
plus Dika yang cuman manggut-manggut juga nge-iya-in, padahal sama sekali nggak
peduli sama masalah Rama. Pikiran mereka berdua terpaku ke acara esko pagi.
Pengesahan kawin kontrak!
“Gue tetep bakal kejar si
Isa, abisan tu anak keliatan Innocent banget,” sahut si rama membara. “Apalagi
kata Kang Sono, doi masih perawan.” Tak ada respon dari Jody dan Dika. “Woi!!
Kok lo-lo pada diem?” Rama protes. Udahlah, Ma. Tidur aja, emang lo nggak
dingin ya, mondar-mandir kayak anak ayam ilang induk, gitu?” tanya Jodi,
sembari menarik selimutnya samapai pangkal leher. “Hii.. anjrot, gue sih udah
ngegigil geneh!”
“Jod, besok sih, kita
nggak bakal kedinginan lagi, men,” timpal Dika, tiba-tiba.
Keduanya langsung ngikik
genit, sedangkan si rama hanya mendengus kesal, dan tetep mondar-mandir di
kamar, sembari mencari akal untuk mendapatka Isa.
“Lo berdua pada punya ide,
kagak?”tanya Rama.
“Nggak!! Jawab jody dan
Dika serempak, seiring berbarengan menarik selimut menutupi kepala.
Rama menghela napas lalu
menghembuskannya dengan berat. Pikirannya kusut, ia terus membayangkan Isa, dan
mencari-cari ide yang asih abstrak di kepalanya. Di balik selimut, Dika juga
Jodi berusaha untuk tidur, meski batin mereka sedikit khawatir dengan perilaku
Rama yang ngedadak labil.
(KK:
hal. 36-38)
Dalam
dalam novel Kawin Kontrak setelah Rama memberikan bakul Mak Enay di sawah
Sukasararean. Ia mengeluarkan plastik hitam kecil dari dalam bakul, lalu di
serahkannya pada Rama. Plastik tersebut berisi tutut dan Mak Enay berpamitan
duluan. Rama membawa bingkisan itu ke rumah. Sedangkan pada film Kawin Kontrak
Rama tidak diberikan plastik hitam yang berisi tutut dari Mak Enay.

Berikut kutipan
novel yang tidak terdapat dalam film Kawin Kontrak sebagai berikut
Udah, cep Rama pulang
saja, nanti kabulusan. Usir Mak Enay secara halus. Ia mengeluarkan plastik
hitam kecil dari dalam bakul, lalu diserahkannya pada Rama. “Ini apa ya. Bu?”
Pan tadi cep Rama pengen
tutut? Kebetulan Ema dapet banyak!” Mak
Emay pun terkekeh lirih. Dimasaknya pakai kunyit, garem, bunbu dapur biasa
ajah. “Udah gitu, cep Rama rebus. Enak dimakannya pas anget-anget.”
Kutipan
novel dibawah ini menggambarkan latar tempat di rumah Pak Aan yang tidak
ditayangkan dalam film yaitu Rama yang sedang membawa tutut ke rumah dan Dika
yang sedang menunggu Rama tanpa mengenakan pakaian.
HATSYIH!!
Ada suara bersin lain
datang dari paviliun rumah Pak Aan. Rama yang membawa bingkisan tutut, agak
heran juga. La bergegas masuk dan mendapati Dika dududk di atas kursi rotan;
bertelanjang dada.
Ngapain bugil-bugilan?”
tanya Rama, bingung.
“Nah elo? Ngapain
basah-basahan?”balas Dika jutek.
“Gue jatoh ke empang,”
jawab Rama. Ia duduk disamping Dika, menatap sahabatnya lebih heran lagi. “pake
baju napa, Dik?”
Baju gue nggak ada! Kena
air kencing anak si jody! Dika mengembuskan napas berat. “Geblek sih, tu orang.
Bukannya telaten ngurus anak! Malah didiemin. Jadi aja baju geu dikarbonin.”
“si Jody nggak bakal
seteledor itu lah, Men” bela Rama.
“ iye juga , sih.” Dika
tersenyum geli. “Masalahnya tadi kita lagi ngomongin si Euis, Ma. Jody kalah
telak! Tujuh bandingan atu. Mampus nggak tu anak? Sumpe lo? Rama meyakinkan.
Dika mengangguk mantap. “
mangkanye, saking khusyu ngobrol,” kata Dika. Ia bergibik jijik. “cape dah,
jadi Bapak!”
“lah, si Jody-nya sekarang
ke mane?”
“Nah” itu, dia mampret!
Sambil membawa baju geu!”
“lo kan bisa pake kaos
geu, dodol. Geblek benget si lo?” Kata Rama.
“O iya, ya??” Dika secara
dapet pencerahan. Ia beranjak berdiri, lalu melihat bungkusan yang dibawa oleh
Rama. “itu apaan tuh?”
“Tutut”, jawab Rama
“Makanan apa racun?”
“katanya si makanan, tapi
kudu dimasuk dulu. Gue juga nggak tau kayak apaan.”
“Lo kan bisa buka truss
liat isinya! Geblek banget si lo?” kata Dika, membalas ucapan Rama sebelumnya
tadi.
Pada saat dibuka…
Dika dan Rama mendadak
mual, apalagi melihat cangkang-cangkang kecil yang masih terlumuri lumpur.
“Anjing!! Itu kan, keong!!
Pekiki Dika jijik, serasa liat mutan jamur kaki. Dika pun bergerak mundur, dan
beranjak ke arah pintu. “lo makan aja, ya?”
“Eh, Dik!! Sergah Rama.
Tapi Dika ke buru lari
terbirit-birit, saking ketakutan dengan tutut.
“Ya elah, Dik. Gue kan mo
minjemin kaos gue ke elo,” gumam Rama.
(KK: hal. 64-66).
Kutipan
novel dibawah ini merupakan latar tempat di rumah Jodi yang tidak di tayangkan
di dalam film Kawin Kontrak sebagai berikut kutipan novelnya
Tok… tok…tok….
Seseorang mengetuk pintu
depan dengan tergesa-gesa.
“bentar!”
seru Jody. Ia menggendong Joni. “kayaknya mami udah pulang, Jon”.
Ketika Jody
membukakan pintu, tak ada sebuah piring yang tertutupi kain tergeletak di depan
pintu. Jody duduk berjongkok sembari melihat isi dari piring itu, ia pun
membuka pintu kainnya.
“Anjing !!!
apa-apaan, nih!!!” jody ngamuk. Ia menurunkan joni dari gendongannya dan
berlari ke luar pagar, mencari-cari sosok yang iseng bener menghadiahi sepiring
siput kecil-kecil yang sudah dimasak.
Tapi tak ada
siapa pun yang terlihat, suasana jalanan tampak sepi. Jodi mencari ke
semak-semak dan pekarangan rumah yang rimbun dengan tanaman, namun nihil,
bahkan tak terlihat ada tanda-tanda orang pernah bersembunyi di sana.
(KK:
hal.67-68)
Latar
tempat serta suasana hati Rama yang tidak terdapat dalam film namun yang di
tayangkan hanya Rama memegang sebatang gagang kayu kecil kotor dan menuliskan
nama Isa di tanah berikut kutipannya
Mungkin pedekate Rama di pertenakan lele itu memberikan kesan
baru buat Isa. Tapi Rama malah semakin serba salah. Itu kali ya, yang
benar-benar dibilang cinta? Rama sendiri setelah memasak tutut dengan ala
kadarnya dan tanpa tanggung jawab diberikan kepada Jody yang nggak suka rela
menerima kiriman penganan misteriusnya, iseng berjalan-jalan ke pematang sawah,
melewati genangan lumpur, dan terus saja melangkah hingga mencapai sungai
dengan aliran kecil. Sebuah kincir yang berputar, membuat si air bergemericik
lebih riang.
Rama boro-boro kepengen foto-foto buat kenang-kenagan, dia
malah duduk berjongkok di pinggir
sungai; mengambil sebatang gagang kayu kecil kotor.
Dari kota cep? Tanya seseorang di belakang Rama. Ternyata itu
seorang petani yang baru kembali dari
sawah. Ia membersihkan cangkulnya di dekat Rama.
“Iya, Pak. Dari Jakarta,” jawab Rama, ramah. Si Bapak hanya
manggut-manggut. Rama mencoba berbasa-basi. “bentar lagi panen, ya Pak? Tadi
saya liat disini padi-padinya subur banget, yah?” katanya.
“Si petani tersenyum miris.”
Kalau pun panen, itu bukan hak Bapak memanen, Cep,” katanya , pelan. Ia
membasuh kedua tangan dan kakinya.
“kok bisa, Pak?”
“dulu mah iya, Cep. Tapi sekarang sawah-sawah disini
banyaknya orang-orang kota yang punya, ” jelas si Bapak petani, iseng curhat.
“tanah moyang Bapa juga nasibnya sama. Sekarang dibeli sama orang kota, udah
diurug.”
“diurug? Emang mau dibikin apa, Pak?”
Si petani menggeleng lemah. “Bapak nggak tahu. Kam disini
hnaya orang kecil, urusan besar semua orang kota yang atur,” jawabnya. Ia pun
beranjak berdiri. “”punten ya, Cep… Bapa duluan pulang.”
“oh iya, Pak,” Rama menganggukkan kepalanya. Ati-ati, Pak
“Mangga..”
(KK: hal.71-72)

Latar
waktu pada malam hari pada saat Rama yang ingin menemui Isa namun ketahuan oleh
Kang sono dan menegurnya. Isa dari balik jendala di dalam kamar hanya dapat
mendengar percakapan Rama dan Kang sono yang mengatakan kalau Rama ingin kawin
kontrak jangan ada rasa suka karena selesai kawin kontrak maka akan berakhir. Selain kutipan ini, terdapat pula kutipan
yang menggambarkan adanya penghilangan alur cerita dalam novel yaitu ketika Isa merebahkan badannya diatas tempat tidur
serta mengambil foto keluarganya tidak
diperlihatkan berikut kutipan novelnya
Namun tak terdengar argumen apa-apa lagi dari bibir Rama. Isa
merasakan kecewa yang amat sangat, dia jauh dari jendela dan merebahkan
badannya di atas tempat tidur. Diambilnya kembali foto keluarga yang terletak
di sisinya. Isa menatap lekat-lekat, dan menangis pelan. (KK: hal. 80)
Terdapat pula kutipan yang menggambarkan
adanya penghilangan alur cerita dalam novel ketika Rama ke sungai. Hal ini
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Tanpa Rama
sadari, dia terus melangkah dan kembali lagi kepinggiran sungai yang tempo hari
Ia datangi. Tidak ada si pak petani yang sempat berbincang di sore itu, mungkin
si bapak sedang sibuk mencangkulkan tanah orang lain.
Rama
mengamati kincir yang berputar di sungai, tiba-tiba la melihat keganjilan di
sana. Ternyata, kayu kecil yang kemarin dilemparkannya, kini telah berada di
saluran bagia atas. Sepertiny, si kincir menaikkan kembali si kayu akibat
putarannya.
Rama
mendapat pencerahan batang kayu kecil yang harusnya ikut hsnyu bersama arus
air, kini berubah arah melawan alirannya. Berarti, siapan pun bisa mengubah
nasib, jika ia berusaha keras dan menghendakinya. Senyum Rama mengembang.
(KK: hal.
86)
Penciutan sebagian alur cerita dalam novel ketika di
filmkan merupakan cara dari seorang sutradara untuk membuat penonton merasa
tertarik, bahkan membuat pembaca novel bertanya-tanya dengan penghilangan
tersebut. Hal demikian dilakukan sutradara tidak lain adalah untuk menghindari
agar tidak terjadi persamaan yang berlebihan antara film dan novel. Jika
cerita, kejadian, tempat, dll, yang terdapat dalam novel jelas terlihat sama,
maka pasti akan muncul dalam setiap benak pembaca untuk lebih memilih mebaca
novelnya saja, atau sebaliknya, penonton lebih memilih untuk menotonton saja,
dibandingkan membaca novel yang terlalu banyak jumlahnya. Penghilangan atau
penciutan dalam novel dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Rama bangun
pagi-pagi sekali. Setelah membereskan tempat tidur, mandi, gosok gigi, makan
dan minum susu, ia bergegas untuk melakukan rencana lain demi gagalnya
pernikahan Isa. Berhubungan Rama masih blank dengan rencana barunya, ia
bergegas meminta Jody dan Dika.
Lagian,
ramarada bete juga dapet pendangan jutek dari Pak Aan, plus tatapan sinis Pak
Aan. Meski Rama nggak paham juga, kenapa Bu aan rada judes.
Jalan-jalan
utama kanpung Sukasararean ngedadak Rame, orang-orang begitu sibuk lalu-lalang,
mempersiapkna acara pernikahan dan hiburannya yang bakal di gelar tiga malem!
“sampe teler!!” komentar beberapa orang di desaitu.
Rama sedikit
menikmati pemandangan itu. Orang-orang di desa Sukasararean begitu kekeluargaan
dan mengerjakan tugas penuh dedikasi, sesuatu yang sudah jarang sekali terjadi
di kota Jakarta.
Tiba-tiba
Nandang tertangkap oleh kedua mata Rama. Baru saja Rama hendak menghampiri dan
menyapanya, bocah kecil yang tampak linglung karena banyak orang itu, langsung
menyebrangi jalan.
Dari arah
jalanan yang lebih menanjak, terlihat beberapa orang sedang berusaha keras
mendorong stager dengan gerobak, dan entah bagaimana, karet
pengait gerobak terlepas. Orang-orang panik berteriak ngeri, terlbih si gerobak
tak bisa di tahan dan bergelinding turun dengan kencangnya ke arah Nandang yang
membeku di tempatnya. (KK: hal. 107-108)
Gambaran
ini tidak ditampilkan oleh sutradara, karena dianggap kurang penting untuk
menampilkan. Selian kutipan di bawah ini, terdapat pula kutipan yang menggambarkan
adanya penciutan dalam film.Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini.
Rama yang membuka pintu depan paviliun dan hendak menghirup udara pagi nan
segar, langsung terkejut melihat sosok Dika yang meringkuk di kursi dan hanya
mengenakan celana boxer. Rama membangunkan Dika buru-buru.
“Dik! Dik! Sadar, Men! Elo kenapa?”
sahut Rama, sembari menepuk-nepuk bahu si Dika. “Woi! Sejak kapan lo disini !!!
Dik!! Woii…!!”
Dika perlahan membuka kedua matanya,
ia menguap pelan, lalu menarik-narik sarung yang dikenakan oleh Rama sebagai
pengganti jaket.
Pi…jem…dong… Ma,
gu…gu..e..di…di…ngin.., pinta Dika, giginya bergemelutuk.
Wah bahaya, ni! Udah nyok, masuk kedalam! Lo bisa tewas kelamaan di luar,” ajak
Rama. Ia memapah Dika memasuki ruangan tengah lalu memasuk ke kamar. “ Lo
tiduran aja dulu, gue mo bikin minum”.
“su…. Su… sa.. tu.. ya, Ma?”
“iye, bawel”. Rama mendesah pelan,
lalu mengambil dua bungkus susu kemasan dari dalam tasnya. Dia melangkah ke
luar kamar. Tapi kembali lagi. “Eh Dik, punya lo mo di tambahin jahe, nggak?”
Tak ada jawaban dari Dika yang
menggulung badannya dengan selimut.
“Dik?”
Rama hanya tersenyum simpul. Ia
menyimpan satu susu kemasan di atas meja, keluar ari kamar, bergegas ke dapur
dan hanya menyeduh secangkir untuk dirinya sendiri.
TOK….TOK..TOK..
Rama yang baru saja hendak menyeruput
susu jahenya, langsung kaget lagi. Di pagi buta sudah ada yang mengetuk pintu
rumahnya. Dia pun beranjak dari duduk, lalu membukakan pintu.
“Hoi!” sapa jody, tanpa basa-basi ia pun
masuk kedalam rumah. Kedua telapak tangannya saling menggosok, karena
kedinginan. “lo dahbangun, Men?”
Dari tadi, jawab Rama.
(KK: hal. 127-128)
Kutipan-kutipan
di dibawah ini merupakan bagian yang dihilangkan dalam filmnya. Kutipan ini
mengisahkan tentang si Neneng yang menelpon Uwak Kading dan menceritakan
nasibnya pada Mak Enay.. Pada kutipan latar suasana dibawah tak diperlihatkan
dalam film serta tokoh Uwak Kading dan Uwak Amung. Langsung pada Rama dan Isa
pergi ke kincir. Dalam film tidak di tayangkan karena sutradara ingin membuat
penonton makin penasaran karena dalam film Neneng muncul dengan tiba-tiba pada
saat pernikahan kontrak Isa dengan Bos Fakhri. Berikut kutipan novel yang
dihilangkan dalam film
Dan kebetulan sekali saat
mereka sedang berbincang-bincang dengan si Uwak Kading dan Mak enay, tiba-tiba
HP milik si Uwak Kading berdering.
“Halow??” Halow??” sapa Uwak Amung.
Ua! Si Ema… na??”
“Ua!”
Uwak Amung langsung memberikan HP itu pada Mak Enay dengan
panik, lalu Mak enay malah ikut-ikutan panik juga setelah memberikan telepon
oleh Uwak Kading. Dalam beberapa menit telepon terputus dan Mak Enay pun mulai
menangis pelan.
“Teu jelas ngomong naon si
Neneng the,” sedu Mak Enay, ia memberikan HP si Uwak Kading kepada empunya.
“pasti aya nanaon di sana”
“Haduh… kasian si Neneng
,” timpal Uwak Kading.
Dika menyodok ketek Jody,
dan memberikan isyarat, kalau Mak Enay terbalik memakai HPnya sehingga suara si
Neneng pasti nggak bakalan kedengaran jelas, ditambah lagi sinyal HP di desa
itu kurang bagus. Jody yang niatnya udah serius berat, terpaksa harus menahan
senyum.
“Kumaha atu, Cep” isak Mak
Enay, pada Jody dan Dika.
(KK: hal. 135-136).
Penghilangan
berikut menceritakan tentang Isa yang menyiapkan cemilan dan kopi untuk Abuba karena
keasyikan menikmati minuman yang di suguhkan oleh Isa. Abuba jadi lupa akan
tugasnya sehingga Rama dengan mudah masuk ke kamar Isa melalui jendela.
Kemudian dengan mudahnya mereka bercerita di atas genteng agar tidak ketahuan.
Namun kutipan alur cerita ini tidak di tampilkan dalam film . berikut kutipan
novelnya
Isa
meletakkan baki berisi cemilan dan satu gelas besar kopi pahit di meja teras
rumahnya, ia hanya menagguk lesu pada Abuba yang berdiri di berada dengan muka
gahar. Abuba membalasnya dengan anggukan cepat.
Baik banget
si Isa. Meski meski sebenarnya keberadaan Abuba di sana buat mengawasi dia
supaya nggak kabur dari pelaminan nanti, tapi sempet-sempetnya dia nyediain
kopi plus makanan kecil supaya Abuba nggak kelaparan. “diminum Pak, Mumpung
masih anget.” Ujar Isa. Isa langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas ke
kamar, tapi baru saja ia menutup pintu tiba-tiba di balik pintu Rama membekap
mulutnya dari belakang.
(KK: hal.
143-144).
4.2
Penambahan
Penambahan alur cerita dalam film pun dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini. Dalam film Kawin Kontrak menayangkan ada
beberapa anak yang pulang dari tempat pengajian pada malam hari sedangkan dalam
novel tidak terdapat gambaran anak-anak yang pulang dari tempat pengajian.

Penambahan
terjadi pada kutipan film di bawah ini , yang
menggambarkan kalau waktu pa gi telah tiba. Dan siap untuk melakukan
aktifitas

Terdapat penambahan pada film karya Tati
Rosianti. Dalam novel tidak
ada diceritakan tentang anak-anak sedang main bola di
sawah. Tapi pada film telah
ditambahkan. Berikut pembuktian pada film:

Pada novel di ceritakan bahwa Rama sedang berbicara dengan Isal tanpa sadar Isa menendang bola ke arah
anak-anak yang sedang main bola.
Berikut ini pembuktian dari novel dan Film:


Penambahan
berikut terdapat pada durasi 58:59 dua hansip yang sedang makan di pos kamling,
dalam fil tidak di perlihatkan seperti terlihat pada gambar berikut

Penambahan
berikut ini tidak terlihat dalam novel yaitu pada saat Rama memberikan bunga
untuk Isa dalam perjalanan pulang dari pasar. Dan Rama bantu membawakan
belanjaan Isa.


Yang
berikut latar tempat di rumah Rani yang tidak ada dalam novel namun ada dalam
film. Yang menceritakan Dika yang datang ke rumah Rani untuk mengambil
pakaiannya. Berikut terlihat pada gambar berikut

4.3
Perubahan Variasi.
Perubahan Variasi
terdapat pada kutipan dan gmbar dibawah ini yaitu perubahan pada latar tempat.
Dalam novel diceritakan bahwa
Tita Rosianti hanya mengatakan You’re
sick!!! pada Hal. 4 itu nampak pada
kutipan berikut ini. YOU’RE SICK!!!” seiring menyumpahi, gisela
mengacungkan jari tengahnya. (KK: hal.4)
Sedangkan
Pada
durasi 2:32 Gisela hanya mengatakan gila
lo!! Jadi pada film

2:32
Sebuah plang baru terlihat
mengganti plang lama yang digelatakkan di pinggir pagar. Plang lama yang kusam
dan tulisannya mulai mengabur itu, masih bisa dibaca oleh Rama, “SEDIA IKAN
SEGAR BERKUALITAS-ADING KARTAMIHARDJA”.
(KK:
hal. 54)
Dari
gambar serta cuplikan novel di bawah ini ada perbedaan pada gambar Euis tidak
mengendong putranya hanya menggandeng tangan Jody sedangkan pada
novel Euis mengendong putranya. Dalam film anak Euis tidak di sertakan karena
termasuk tokoh tambahan yang sebagai pelengkap. Hal itu nampak pada kutipan
sebagai berikut.
Terjadi
perubahan variasi dalam film Kawin Kontrak durasi 25:27 dan pada novel hal.38
sebagai berikut

Keesokan siangnya
gerombolan Pak Aan dan kawan-kawan: Bu Aan, Dika, Rani, Jody, Euis, juga
putranya: Joni, rama serta Kang Sono, keluar dari Balai desa, Jody berdampingn
dengan Euis, yang mengendong anak kecil bertampang Arab, dimana si Dika
sempet-sempetnya ngegosip ke Rama kalo Euis kebanyakan makan nasi kebuli waktu
doi lagi hamil.
(KK: hal.38)
Pada
novel Kawin Kontrak Rama langsung lompat kedalam kolam empang dan Isa segera
kembali dengan membawa jaring bertangkai panjang untuk menangkap ikan lele yang
jatuh di empang. Sedang pada film Kawin Kontrak Rama lompat ke dalam kolam
empang sementara Isa hanya panik memanggil Rama yang tidak terlihat lagi di
permukaan air dan membantu Rama untuk naik ke atas. Namun dalam film telah
terjadi variasi karena dianggap lebih menarik tidak terkesan bahwa seutuhnya hanya mengikuti apa yang ada di
dalam novelnya tetapi sutradara juga memiliki keleluasaan untuk menambah atau
mengurangi kreatifitasnya.

Rama! Kamu teh ngapain harus masuk ke air!!” seru
isa, yang sekarang sudah kembali sembari membawa jaring bertangkai panjang,
yang cukup buat nangkapin ikan paus”.
Kan bisa pake ini? Nanti kalo kalo kamu datil lele kumaha?” Isa pun menujukkan si jaring pada Rama.
(KK: hal. 57)
Latar
suasana dirumah Jody yang mengalami
variasi atau perubahan. Dalam film Jody
sibuk membuat susu untuk Joni, setelah tersadar ternyata Joni sedang mengacak-acak
obat kuat serta sebagian telah diminum oleh Joni. Sedangkan dalam novel joni memakan
siput yang mentah berikut kutipannya dalam novel serta bukti dalam film pada
durasi 48:41
Jodi merasakan gelagat tak
enak. La buru-buru ke teras rumah dan..
Ia mendapati bocah Arab
itu sedang mengacak-acak siput goreng ‘misterius’. Mulut Jodi terlihat
mengembung dan sibuk mengunyah. Jody bergidik jijik membayangkan siput yang
hidup di tempat yang berlumpur mesti bersarang di dalam perut Hiii!!
(KK: hal.68)


Latar
waktu yang mengalami perubahan. Kutipan yang menceritakan tentang Rama yang
sedang sedih karena belum mendapatkan gadis untuk di kontrak sebagai istrinya. Dalam
novel Kawin Kontrak sore hari Rama duduk di pinggir kincir air sedangkan dalam
film mengalami perubahan menjadi Rama duduk di pinggir kincir air pada siang
hari. Serta dalam novel pada saat Rama duduk di temani oleh petani sedangkan
dalam film Rama hanya duduk sendiri berikut
kutipannya dalam novel serta bukti gambar
Petani
itu pergi, meninggalkan Rama seorang diri. Seja semakin meredup di ufuk Barat,
dan pemandangan dihiasi kepakan sayap burung-burung yang berarak pulang. Rama
merasa sedih, selama ini ia tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Dan
merasa sesak dirasakan olehnya ketika membayangkan kembali sosok si Pak petani.
Orang itu bekerja keras membanting tulang, tapi malah orang lain yang menikmati
hasilnya. (KK:hal. 72-73)


(37:35)
(37:41)
Pada
alur cerita dibawah ini mengalami perubahan. Dalam novel menceritakan kalau Isa
pulang dari berbelanja dan di hadang oleh Rama kemudian tiba-tiba Rama tertusuk
oleh paku sedangkan dalam film Rama bersandiwara tertusuk paku di bawah pohon
setelah Isa melewatinya Rama berpura-pura kesakitan tertusuk paku. Berikut
kutipan novel serta gambar dalam film
“Isa!” Rama menghadang Isa yang keluar dari jalan kecil di
dekat rumahnya. Gadis itu terksiap sebentar, tetapi ia melewati Rama tanpa
mengucapkan salam. “hei, lo kenapa sih?” panggil Rama.
“jangan ganggu Isa lagi, Kang!” seru Isa, sambil berjalan
cepat.
“tunggu!! Isa”
Tiba-tiba sebuah paku besar menancap di alas sepatu Rama.
Lukanya sih, nggak terlalu dalam karena sol sepatu Rama cukup tebal, tapi momen
itu di gunakan Rama untuk menarik perhatian Isa.
AAWWW!! AADUUHH..!!!” teriak Rama, hiperbolis.
Isa berhenti dan menoleh ke belakang dengan dengan kaget. Dan
lebih terkejut lagi saat dia melihat Rama menarik sebuah paku berkarat
berukuran agak panjang yang menancap di bawah sol sepatunya. Buru-buru ia
menghampiri Rama.
“Kang? Nggak apa-apa, kan?” tanya Isa panik. Ia menopang bahu
Rama. “kita sekarang ke Puskesmas, ya? Akang bisa jalan, nggak?”
“bisa,” tegas Rama. Ia pura-pura menyingkirkan lengan Isa.
“udah, gue nggak apa-apa. Lo kalo mo pergi, pergi aja. Kali lo banyak urusan.”
“Ya Allah, Kang. Masa Isa tegah ninggalin Akang?” kata Isa.
“udah yuk, Isa anter. Tuh, mumpung ada garobag, kita ikut numpang sampe
jembatan ya?” (KK:hal.83-84)

Berdasarkan
bukti kutipan di bawah ini maka, terlihat jelas variasi cerita antara novel Kawin Kontrak dengan film Kawin Kontrak dalam cerita
ini digambarkan oleh pengarang bahwa Fakhri membawa tukang jahit yang akan
menjahit pakaian untuk menikah nanti sedangkan dalam film terjadi perubahan
yaitu Fakhri datang ke Desa Sukasararean hanya untuk memastikan kesiapan Pak
Aan untuk mengatur acara nikah Bos Fakhri dan ingin melihat calon istrinya Isa.
Berikut bukti gambar serta kutipan novelnya


“Coba ente cari grup musik, sound sistem, dan semuanya! Ana
jadikan ente ketua panitia buat panggung hiburan nikahan ana!” kata Fakhri.
Ya Allah, pekik Kang Sono dalam hati. Bisa cilaka urang myn gagal uy!
“Bagaimana. Sono?”
“eh iya, si… siap, Bos.” Kang sono pun memberi hormat.
“Nah, ana juga udah siapin tukang jahit untuk bikin baju
penganten.” Fakhri pun menjentikkan jari pada Abuba.
Abuba dengan sigap, menjentikkan jari lagi ke salah satu
mobil lain. Tanpa perlu menunggu lama, seorang pria agak gemulai turun dari
mobil, lalu berdiri di samping Abuba, si
penjahit hanya memberikan senyum diplomatis pada Pak Aan, Bu Aan, juga Kang
Sono.
“Nah, sekarang ana mau ketemu calon istri ana” tukas Fakhri
“mari, Bos. Kami antar ke rumahnya,” ajak Pak Aan.
(KK: hal. 89)
Penggalan
tayangan film di bawah ini menggambarkan
latar tempat di rumah Rani antara Rama dan Dika. Dalam film Rani membawakan
susu untuk Dika sedangkan dalam novel Rani membawakan segelas air putih. Jadi
dalam cerita antara novel dan film sedikit mengalami perubahan. Berikut gambar
serta kutipan novelnya

“Dik..
pliisss! Ini penting bangedh, Dik!!”
Rani
muncul dari dalam rumah, membawa handuk dan segelas besar air putih. Gadis itu
hanya mengangguk sedikit pada Rama, dan menyerahkan air dalam gelas itu ke
Dika. Dika menengadah habis isi gelas, sedangkan Rani mengelap keringatnya (KK:
hal. 115)
Variasi
terdapat pada pernikahan. Dalam film bos Fakhri menodong Nandang adik Isa
dengan pisau. Sedangkan dalam novel bos Fakhri hanya mencekik Nandang sebagai sanderanya.
Hal ini dapat dilihat dalam penggalan film berikut.

Tiba-tiba
saja Fakhri mencekik leher Nandang, dia yang merasa terpojok tiba-tiba saja
mendapat ide menjadikan Nandang sebagai sanderanya. (KK: hal. 160)
BAB
V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan, yaitu :
1) Tentang
penciutan dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti dari perbandingan
antara novel dan film terlihat dari penciutan atau pengurangan yang dilakukan
oleh sutradara diagap beberapa bagian cerita tersebut tidak terlalu penting dan
hanya akan membuat durasi film semakin panjang karena setiap gerakan yang di lakukan oleh aktor
mendapat bayaran mahal.
2) Penambahan
film Kawin Kontrak karya Tita Rosianti dari perbandingan antara
novel dan film terlihat begitu jelas dari penambahan yang dilakukan oleh
sutradara ketika harus membandingkannya dengan novel. Penambahan itu dilakukan agar
film terlihat menarik.
3) Perubahan
bervariasi dalam novel Kawin Kontrak ke dalam film karya Tita Rosianti perbandingan antara novel dan film terlihat dari
perubahan bervariasi yang dilakukan oleh sutradara karena sutrada ingin
mengubah sedikit sedikit alurnya yang ada di novel, agar tidak terlihat bahwa
cerita yang ada di novel sudah sepenuhnya sama dengan yang ada di film.
5.2 Saran
Dengan
kajian ekranisasi ini, peneliti serta pembaca bisa menambah wawasan dalam
mengkaji tentang film dan novel.
DAFTAR PUSTAKA
Aziez, Fuqonul.
2010.
Menganalisis Fiksi (Sebuah Pengantar).
Bogor: Ghalia Indonesia
Damono,
Sapardi Djoko.
2012. Alih Wahana. Editum.
Eneste,
Pamusuk.
1991. Novel dan Film. Yogyakarta:Nusa Indah
Rosianti, Tita.
2008.
Kawin Kontrak. Jakarta: GagasMedia
Eneste, Pamusuk.
1991.
Novel dan Film. Yogyakarta:Nusa Indah
Endraswara, suwardi.
2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Buku Pop
Tidak ada komentar:
Posting Komentar